Perusahaan ini memperoleh keunggulan khusus pada 2009 ketika mengembangkan vaksin pertama yang disetujui di dunia untuk mengatasi flu babi H1N1.
Satu-satunya pandemi yang dihadapi dunia sejak Flu Spanyol 1918 sampai pandemi virus corona menyerang.
Upaya Sinovac untuk memproduksi vaksin virus corona didasarkan pada platform yang digunakan perusahaan untuk mengatasi epidemi Pernafasan Akut Parah (SARS) Tiongkok pada tahun 2004, menurut pelacak vaksin yang dijalankan oleh Milken Institute, sebuah lembaga think tank yang berbasis di A.S.
Pada saat SARS, Sinovac menciptakan kandidat vaksin pertama yang memasuki uji coba manusia.
Meskipun uji coba awal terbukti menjanjikan, uji coba lebih lanjut ditunda karena ancaman SARS mereda.
Untuk saat ini, perusahaan tersebut tampaknya berniat untuk menunjukkan kepada dunia bahwa virus corona bukanlah pandemi pertama yang mereka perangi.
"Sinovac selalu berkomitmen untuk mengembangkan vaksin untuk penggunaan global ketika menghadapi pandemi," kata Yin dalam sebuah pernyataan perusahaan.
Institut Produk Biologi Wuhan
Didirikan pada 1950, sejarahnya mengakar hingga hampir sepanjang perjalanan pendirian Tiongkok modern.
Lembaga ini sekarang beroperasi sebagai afiliasi dari Grup Farmasi Nasional Tiongkok milik negara, Sinopharm yang juga perusahaan farmasi terbesar di Tiongkok dengan pendapatan tahunan mencapai 60 miliar dollar AS pada 2019.
Lembaga ini memiliki kampus yang luas di Wuhan dengan hampir 1.000 karyawan, menurut situs web perusahaan.
Meski demikian perusahaan hanya merilis sedikit informasi tentang upaya pengembangan vaksinnya di masa lalu atau yang sedang berlangsung saat ini.
Terletak di Wuhan yang menjadi pusat wabah virus corona Tiongkok, lembaga ini telah menjadi subjek teori konspirasi yang tidak berdasar yang menuding patogen bocor dari laboratoriumnya.
Teori-teori semacam itu sebagian besar telah menargetkan Institut Virologi Wuhan dan menciptakan narasi yang belum terbukti bahwa pemerintah Tiongkok berperan dalam menciptakan virus penyebab pandemi ini.
Pemerintah AS saat ini sedang menyelidiki kemungkinan bahwa virus tersebut berasal dari laboratorium, tetapi belum menarik kesimpulan apa pun.
Para ilmuwan mengatakan bahwa virus itu kemungkinan besar dimulai dari kelelawar dan menyebar ke hewan inang lain sebelum menular ke manusia, tetapi asal spesifiknya belum diketahui.
(*)