Namun, hal itu tidak menjadi alasan seseorang untuk menutupi kondisi kesehatannya jika mengalami gejala-gejala yang mengarah pada Covid-19.
"Terkait kondisi kesehatannya sendiri harus disampaikan apa adanya. Saat ini orang tanpa gejala cukup banyak, banyak yang tidak mengetahui sebelumnya kalau dirinya sudah tertular," ujar Halik.
Untuk mencegah berulangnya kejadian seperti ini, Halik menyarankan agar screening di setiap fasilitas kesehatan dilakukan dengan lebih ketat.
Baca Juga: Hargai Jasa Ojek Online dan Supir Taksi, Prilly Latuconsina Bagi-bagi Makanan di Tengah Covid-19
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membuat alur layanan terpisah antara pasien yang mengarah ke Covid-19 dan pasien umum.
Hal ini bisa diketahui dari proses pemindaian yang dilakukan saat pertama kali pasien masuk.
"Dibuat sistem layanan kesehatan yang lebih anisipatif terhadap risiko pasien dengan corona di setiap puskesmas, klinik, dan RS. Setiap pasien yang datang dilakukan skrining Covid dan non-covid berdasarkan gejala dan riwayatnya," kata Halik.
"Dibuat alur layanan yang terpisah antara Covid dan non-Covid. Jadi ada pemilihan pasien dan alur pelayanan yang berbeda," lanjut dia.
Namun, Halik menyadari belum semua faskes saat ini menerapkan prosedur yang sama.
Oleh karena itu, IDI meminta adanya penyesuaian pada semua sistem layanan untuk mengantisipasi risiko penularan di lingkungan fasilitas kesehatan.
Selain screening di faskes, saat ini juga sudah tersedia banyak aplikasi yang memungkinkan seseorang dapat melakukan screening mandiri atau self assesement dari rumah.
Namun, Halik menyadari, tidak mudah bagi para petugas kesehatan dapat mengetahui informasi terkait riwayat perjalanan, riwayat kontak, dan riwayat penyakit sebelumnya tanpa ada informasi dari pasien itu sendiri.
"Oleh karena itu, tetap perlu dilakukan screening berdasarkan keterangan apa adanya dari pasien dan keluarga serta pemeriksaan awal di lini depan setiap fasilitas pelayanan kesehatan," ujar Halik.
(*)