Find Us On Social Media :

Kondisi Wabah Corona di Negara-negara yang Katanya Tersehat di Dunia, Ada yang Tidak Menerapkan Lockdown sampai Masih Terbatasnya Layanan Kesehatan

By Devi Agustiana, Selasa, 21 April 2020 | 21:00 WIB

Para petugas dilengkapi pakaian pelindung menyemprotkan cairan desinfektan di sebuah pasar di daerah Daegu, Korea Selatan.

Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana

Grid.IDNegara-negara di dunia masih terus bertarung melawan pandemi virus corona yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

Negara saling bahu-membahu mengatasi covid-19 yang semakin menjadi-jadi.

Diantaranya Pemerintah Amerika Serikat memberikan bantuan kesehatan ke Indonesia senilai 2,3 juta dolar AS atau sekitar Rp 37,6 miliar untuk menangani Virus Corona atau Covid-19.

Dalam pernyataan tertulis yang dirilis Kedutaan Besar AS di Jakarta disampaikan, bantuan kesehatan digunakan untuk mempersiapkan sistem laboratorium, mengaktifkan penemuan kasus dan pengawasan berbasis kejadian, serta mendukung ahli teknis dalam respons dan kesiapsiagaan.

Adapun keberhasilan dalam melawan virus ini sebagian besar bergantung pada sistem perawatan kesehatan di setiap negara.

Sejauh ini, ada korelasi nyata antara kemampuan suatu negara untuk menahan virus dengan peringkat sistem perawatan kesehatan dari negara tersebut.

Baca Juga: Kacau dan Bandel Saat Masih Kecil, Baim Wong Kini Berubah Jadi Pria Hebat, Sang Ayah: Berkat Doa Mama!

Salah satu indeks pemeringkatan kesehatan dilakukan oleh lembaga kajian di London pada 2019 yaitu Legatum Prosperity Index.

Indeks ini mengukur kebijakan dan kondisi kesejahteraan ekonomi sosial berdasarkan 12 pilar di 167 negara.

Pilar kesehatan dari indeks ini secara khusus mengukur sejauh mana kesehatan orang-orang di setiap negara dan akses terhadap layanan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan.

Adapun 10 negara peringkat teratas pada indeks tersebut yaitu:

Dalam situasi pandemi virus corona sekarang, bagaimana penanganan dari negara-negara "tersehat" ini?

Berikut perkembangan dari 5 negara di antaranya.

Baca Juga: Cinta Terlarang Lady Diana dengan Barry Mannakee, Perwira Polisi yang Jadi Pengawal Pribadi Istri Pangeran Charles, Kandas Usai Ditendang dari Istana Inggris

Jepang

Berada di peringkat kedua dari indeks, Jepang dipuji dunia atas keberhasilan awal dalam mengatasi kasus Covid-19 meskipun ada lonjakan kasus beberapa waktu terakhir.

Terlepas dari lonjakan tersebut, Pemerintah Jepang belum memberlakukan lockdown.

Di Jepang, jika penduduk belum bisa mendapatkan atau melakukan tes Covid-19, mereka dapat mengunjungi klinik lokal dan menjalani CT scan.

"Seorang pasien tanpa gejala dapat didiagnosis dengan pneumonia melalui CT scan meskipun pasien masih berada dalam tahap pneumonia yang sangat awal," kata seorang dokter di Tokyo Dr Mika Washio sebagaimana dikutip BBC, 19 April 2020.

Baca Juga: Dirut RSKO Belum Bisa Jelaskan Kapan Nunung Dapat Asimilasi di Tengah Pandemi Corona

Menurut Washio, melalui alternatif tersebut, pasien dapat memperoleh perawatan yang cepat.

Budaya sadar kesehatan yang ada di Jepang juga meminimalkan dampak krisis Covid-19.

"Banyak orang Jepang yang sudah memakai masker wajah, terutama di musim dingin dan musim semi. Selain itu, lebih dari 60 persen orang Jepang melakukan pemeriksaan kesehatan tahunan," tambah Washio.

Menurut dia, faktor-faktor ini berperan terhadap kemampuan Jepang dalam mengantisipasi dan melawan pandemi virus corona.

Meski demikian, bukan berarti tidak ada tantangan ke depannya.

Washio mengungkapkan banyak pasien yang didiagnosis tetapi tidak dapat tinggal di rumah sakit seperti keadaan normal.

Sebab, negara mencoba untuk menghemat bed untuk kasus-kasus parah sembari menyiapkan sumberdaya tambahan.

Baca Juga: Drama Hospital Playlist Akan Segera Berakhir, Tim Produksi Umumkan Musim Kedua!

Korea Selatan

Negara ini menduduki posisi keempat dalam pilar kesehatan dari indeks Legatum.

Berdasarkan indeks, Korea Selatan disebut siap untuk menangani wabah Covid-19, terutama dengan pengalamannya saat wabah MERS terjadi pada tahun 2015 lalu.

Sistem perawatan kesehatan Korea ini berkontribusi pada diagnosis dan perawatan awal dari kasus Covid-19 yang terjadi pada penduduknya.

Setiap warga negara Korea Selatan dilindungi oleh Layanan Asuransi Kesehatan Nasional (NHIS).

"Karena biaya medis yang relatif rendah dengan asuransi ditambah penetapan harga yang dibantu pemerintah, tes dapat dilakukan secara luas dalam sistem perawatan kesehatan Korea Selatan," kata dokter di Seoul, Dr Brandon B Suh.

Suh menyebutkan, banyak orang yang didiagnosis sejak awal dan adanya manajemen yang diterapkan secara tepat waktu dalam penanganan Covid-19 ini.

Selain itu, pemerintah juga menstabilkan pasokan masker dan banyak tempat sudah mewajibkan pemeriksaan suhu butuh sebelum diperbolehkan masuk.

Secara umum, keberhasilan pada intervensi awal penanganan Covid-19 di Korea Selatan membawa lebih banyak harapan.

"Secara objektif, wabah ini ada di tren menurun. Orang-orang mulai melakukan aktivitas luar ruangan kembali meskipun mereka masih mengenakan masker sepanjang waktu" kata Suh.

Baca Juga: Tiba-tiba Kedutan di Kelopak Mata Kanan, Benarkah Pertana Kamu akan Ketiban Rezeki?

Israel

Tidak masuk 10 besar, Israel menduduki peringkat 11 dari indeks.

Namun, langkah yang diambil dalam penanganan virus corona cukup ketat.

Pada akhir Januari 2020, Menteri Kesehatan Israel telah menandatangani dekrit untuk memperluas kewenangan dalam menangani wabah potensial.

Dekrit tersebut juga meliputi penghindaran perjalanan internasional yang tidak penting dan isolasi diri selama 14 hari bagi warga yang baru bepergian dari zona merah.

Tindakan tersebut tampak terlalu ketat dan awal, tetapi terbayarkan dengan tingkat infeksi dan jumlah rawat inap yang rendah.

Pengujian akurat juga telah dilakukan sejak awal di Israel melalui tes diagnostik molekuler (RT-PCR).

"Orang-orang tidak takut untuk mencari bantuan medis karena mereka tahu biaya akan ditanggung pemerintah dan gratis," kata Wakil Direktur Jenderal Pusat Medis Sheba Israel Prof Arnon Afek.

Meski demikian, menurut Afek, ada satu kelemahan, yaitu pada ketidakcukupan PDB Israel untuk menanggung semua layanan kesehatan tersebut, yang artinya ada lebih sedikit sumberdaya.

"Namun, ini berarti kami sangat efisien, sangat aktif, dan cepat beradaptasi.

Kami memproyeksikan ke depan dan membangun ICU khusus virus corona dan melatih dokter tambahan sebelum kasus naik secara signifikan. Saat pasien datang, kami siap," kata Afek.

Baca Juga: Rebus dan Minum Airnya, Rasakan Manfaat Daun Saga Untuk Mengobati Sariawan, Tidak Suka Minuman Herbal? Masih Ada Cara Lain Loh!

Jerman

Jerman berada di peringkat ke-12 dari indeks kesehatan Legatum.

Negara ini diketahui memiliki tingkat kematian umum yang lebih rendah dibandingkan negara-negara Eropa lainnya.

Namun, para ahli di Jerman memperingatkan bahwa Jerman belum keluar dari tantangan virus corona.

Jerman sendiri memiliki banyak tempat tidur, ICU, dan dokter yang siap menangani pasien Covid-19.

“Tingkat pengujian yang jauh lebih tinggi di Jerman dapat menciptakan ilusi tentang seberapa baiknya perawatan kesehatan dan seberapa rendah tingkat kematian," kata Ketua Profesor Ilmu Manajemen di European School of Management and Technology Berlin Francis de Vericourt sebagaimana dikutip BBC, 19 April 2020.

Menurutnya, tingkat infeksi yang rendah ini berpotensi menjadi bumerang jika negara tidak hati-hati.

Baca Juga: Ikut Rayakan Hari Kartini, Ivan Gunawan Sesumbar Unggah Foto Jadi Tokoh Wayang Wanita, Netizen Heboh : Kok Cucok Banget Ya

Australia

Menempati posisi ke 18 dalam indeks, Australia berhasil menjaga tingkat pertumbuhan kasus virus corona kurang dari 5 persen.

Negara ini memiliki sistem perawatan kesehatan "campuran", yaitu melalui cakupan publik atau keseluruhan melalui Medicare dan sistem swasta, yang telah membantu negara bersiap apabila terjadi skenario terburuk.

Australia juga telah menunjukkan rendahnya kasus transmisi lokal.

Pemerintah telah melakukan penelusuran kontak dengan cepat dan karantina wajib bagi orang-orang yang bepergian ke luar negeri atau melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi.

Jika tren saat ini berlanjut, sistem perawatan kesehatan Australia diperkirakan dapat mengatasi peningkatan kebutuhan atas ventilator maupun bed ICU.

(*)