Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Sebentar lagi umat Islam di seluruh dunia akan segera melaksanakan ibadah puasa Ramadan 2020, namun tidak dalam kondisi biasa.
Hal ini karena puasa Ramadhan tahun ini berlangsung di tengah pandemi Covid-19 yang sedang mewabah juga
Pemerintah di beberapa negara, termasuk Indonesia juga telah menerapkan kebijakan agar kegiatan-kegiatan selama bulan Ramadan tidak menimbulkan lonjakan jumlah kasus virus corona.
Termasuk rutinitas di bulan Ramadan yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia, seperti buka bersama atau sahur on the road juga dilarang di tahun ini.
Namun, aktivitas-aktivitas lain seperti ibadah salat tarawih dan ibadah sunnah lainnya tetap bisa dikerjakan di rumah saja
Oleh karena itu, saat bulan Ramadan, aktivitas mulai bertambah, bahkan harus merelakan sedikit jam tidur untuk menyiapkan makan sahur.
Ramadan membuat seseorang harus bangun tidur di awal waktu untuk melaksanakan ibadah sahur.
Hal ini membuat seseorang kurang tidur, apalagi bagi mereka yang belum terbiasa tentu akan membuat tidak nyaman.
Baca Juga: Rayakan Kebersamaan dan Kehangatan Ramadhan Bersama Grab dengan Kampanye #SiapAntarRamadanmu
Menjaga siklus tidur yang sehat dan menghindari begadang selama Ramadan adalah hal penting.
Beberapa orang mencoba melakukan terlalu banyak kegiatan selama bulan Ramadan. Mereka menghabiskan hari-hari di tempat kerja atau merawat anak-anak.
Kurang tidur tidak hanya memengaruhi perasaan di hari berikutnya, tetapi juga kesehatan jangka panjang yang menguras kemampuan mental serta fisik.
“Kurang tidur yang cukup menyebabkan gangguan memori dan gangguan perhatian, itu memperburuk kecemasan dan depresi. Kurang tidur juga menganggu pembelajaran tugas baru,” tutur Dr Vishal Pawar, spesialis saraf di Aster Speciality Clinic.
Baca Juga: Jadi Favorit Saat Ramadan! Intip Rahasia Mengolah Mi Instan Hingga Sarden Agar Jadi Makanan Bergizi
Otak orang dewasa membutuhkan antara tujuh hingga sembilan jam untuk tidur dalam setiap siklus 24 jam.
Menurut Ebrahim, kebutuhan tidur tidak bisa dilakukan dengan ‘sekali jalan’.
“Kamu dapat membagi periode tidur menjadi dua episode tidur selama Ramadan, selama jumlah totalnya tujuh hingga sembilan jam,” tuturnya dikutip dari Gulf News.
Tolok ukur sederhana apakah seseorang cukup tidur adalah dengan merasakan bagaimana perasaan kamu ketika bangun.
Baca Juga: Sst! Ustaz Solmed Lakukan KDRT di Bulan Ramadhan Setiap Malam?
“Jika kamu merasa waspada dan berfungsi secara optimal maka kamu cukup tidur.
Namun, jika merasa lelah, lesu, dan mengantuk maka perlu lebih banyak tidur,” ungkap Ebrahim.
Kesalahan paling umum yang dilakukan orang selama Ramadan adalah makan makanan berat dan kemudian langsung tidur.
Selain itu, orang-orang akan minum banyak kopi di malam hari sehingga membuat mereka melakukan tidur siang yang panjang.
“Selama Ramadan orang cenderung begadang semalaman, mencoba tidur setelah salat Subuh, kemudian mereka akan pergi kerja, atau bahkan beberapa orang akan begadang semalaman, makan banyak saat sahur lalu tidur selama enam hingga delapan jam. Ini bukan solusi yang sehat,” jelasnya.
Ebrahim merekomendasikan untuk tidur setelah salat Tarawih hingga waktu sahur, meskipun hanya akan tidur selama tiga hingga empat jam saja.
Namun, itu lebih baik daripada begadang, karena menurutnya waktu malam adalah periode paling optimal untuk tidur.
“Periode waktu malam adalah periode optimal untuk tidur karena saat inilah sekresi melatonin berada pada titik tertinggi dan paling menguntungkan,” jelas Ebrahim.
“Kemudian untuk memenuhi kebutuhan, tidur antara Ashar dan Maghrib selama tiga hingga empat jam,” pangkasnya.
Dampak begadang saat Ramadhan
Pada saat berpuasa, beberapa kondisi kesehatan seperti lemah, kurang berkonsenterasi, hingga terserang sakit maag sering terjadi.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika begadang pada malam harinya, namun keesokan harinya kamu harus tetap beraktivitas secara normal dan berpuasa?
Berikut beberapa dampak dari begadang saat Ramadan.
Lemah
Kekurangan waktu tidur menyebabkan tubuh tidak pulih sepenuhnya, sehingga keesokan harinya tubuh akan terasa lemah dan tidak fit.
Akibat asupan yang dibatasi saat berpuasa dan kondisi tubuh yang tidak prima, tentu saja akan mengakibatkan merasa semakin lemah.
Keadaan lemah tersebut akan menyebabkan kamu tidak akan mampu melaksanakan rutinitas sehari-hari dengan normal, sehingga akan berpengaruh buruk terhadap produktivitas.
Kurang konsentrasi
Saat begadang, waktu otak untuk beristirahat menjadi lebih sedikit dan otak yang tidak beristirahat sempurna akan bekerja kurang optimal keesokan harinya.
Kondisi ini ditandai dengan perasaan mengantuk, kurang berkonsentrasi, pusing, hingga sakit kepala.
Kondisi kekurangan cairan dan elektrolit selama berpuasa menyebabkan kondisi tersebut semakin berat.
Kurang berkonsentrasi juga dapat mengganggu rutinitas sehari-hari, dan yang berbahaya adalah kurang konsentrasi saat berkendara dapat meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas yang dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian.
Sakit Maag
Biasanya orang yang begadang akan merasa mengantuk dan kurang berkonsentrasi pada keesokan hari.
Keadaan ini dapat menyebabkan orang tersebut menjadi lebih emosional, dikarenakan penderita merasa tidak dapat melaksanakan aktivitas secara normal.
Rasa emosional yang berlebihan menyebabkan produksi asam lambung meningkat.
Biasanya orang tersebut akan merasa cepat lapar atau perut kembung.
Sementara bagi penderita sakit maag, hal-hal tersebut dapat memperparah penyakitnya.
Pada orang yang berpuasa, perut akan dalam keadaan kosong selama kurang lebih 14 jam, tentu saja keadaan ini akan semakin memperberat puasa pada orang yang menderita penyakit maag.
Dengan mematuhi jadwal tidur yang teratur setiap harinya, tubuh menjadi lebih ringan, hangat, dan hormon kortisol juga dilepaskan sehingga memberi energi untuk beraktivitas.
(*)