Grid.ID - Meningkatnya jumlah kasus pasien positif corona di Soloraya membuat pemerintah semakin memperketat peraturan.
Beberapa kabupaten di Soloraya juga telah menyiapkan sebuah lokasi untuk menampung pemudik yang memiliki status ODP (orang dalam pemantauan) corona, satu di antaranya adalah Kabupaten Sragen.
Pemerintah Kabupaten Sragen diketahui telah menyiapkan rumah khusus untuk menampung warga yang berstatus ODP corona.
Pemerintah akan menindak tegas warga Sragen yang tak tertib melakukan karantina diri di rumah.
Tak main-main, pemerintah Kabupaten Sragen menyiapkan sebuah rumah tua, bekas rumah dinas mandor Pabrik Gula Tebu.
Diberitakan Tribun Solo sebelumnya, Omah Londo, sebutan masyarakat untuk rumah dinas tersebut, berada di kompleks Pabrik Gula Sido Wurung, atau yang lebih kerap disebut Kedoeng Banteng, Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen.
Bangunan itu sudah tak berpenghuni selama 10 tahun.
Berdasarkan pantauan Tribun Solo, dari luar bangunan Omah Londo terlihat menyeramkan dan angker.
Cat dinding sudah mengelupas, dan banyak lumut di permukaan dinding.
Selain dinding yang sudah terlihat kusam, kayu-kayu di depan rumah juga mengalami pengeroposan dan tampak pekat.
Baca Juga: Zee Zee Shahab Persiapkan Mental Menjalani Ibadah Puasa di Tengah Pandemi Virus Corona Covid-19
Omah Londo ini diperkirakan sudah berdiri sejak tahun 1831 silam.
Oleh Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati menjadikan rumah tersebut sebagai benda cagar budaya.
Pemanfaatan Omah Londo ini pertama kali dikemukakan oleh Camat Gondang, Catur Sarjanto, yang kemudian disetujui oleh Kepala Desa Gondang, Warsito.
"Kemarin Pak Camat bilang nanti kalau ada ODP yang bande, suruh isolasi tidak mau nanti akan ditempatkan di situ (Omah Londo)," ungkap Warsito seperti dikutip Grid.ID dari laman Tribun Solo.
Lokasi Omah Londo yang tak terlalu jauh dari pemukiman warga dirasa tepat sebagai lokasi karantina.
"Itu dari pemukiman lumayan, itu di tengah-tengah kota, itu berada di timur kantor Dinas Kecamatan, kanan-kirinya rumah warg," papar Warsito.
"Di dekatnya juga ada kantor puskesmas dan Koramil, InsyaAllah keamanan dan kebutuhan kesehatan bisa terjamin," imbuhnya.
Warsito menerangkan jika tidak ada penolakan dari masyarakat setempat.
Ia juga sudah mendengar berbagai kisah mistis yang menyelimuti Omah Londo tersebut.
"Kemarin ada orang yang cerita, ada yang hendak memperbaiki rumah itu, namun tidak jadi, terus turun dengan keringat dingin," cerita Warsito.
"Orang itu diperlihatkan sosok penunggu di situ saat memperbaiki atap," tambahnya.
Sementara itu, ada kisah mistis yang juga dirasakan langsung oleh pemudik yang diisolasi di Omah Londo.
Melansir laman Kompas.com, tiga orang pemudik asal Desa Sepat yang harus menginap di Omah Londo tersebut baru saja pulang dari Jakarta, Lampung, dan Kalimantan.
Lantaran dianggap tak tertib mengisolasi diri di rumah masing-masing, ketiganya dijemput tim Satgas Covid-19 Desa Sepat, untuk kemudian diisolasi di Omah Londo.
Malang tak dapat ditolak, baru beberapa hari melakukan isolasi di Omah Londo, ketiga warga Sepat itu langsung minta dipulangkan.
"Dua hari mereka nangis-nangis terus. Tiap malam katanya didatangi dan dibayang-bayangi hantu di rumah hantu," kata Mulyono, Kepala Desa Sepat saat dihubungi Kompas.com.
Tak tega melihat anaknya merasa dihantui, ketiga orang tua pemudik sampai memohon kepada Mulyono untuk memulangkan anak mereka.
Namun, Mulyono tak melepaskan begitu saja. Sang kepala desa mempertimbangkan komitmen orang tua terlebih dahulu untuk mau mengawasi anak mereka melakukan karantina diri di rumah.
"Orang tuanya setuju untuk membantu dan mengawasi anaknya karantina mandiri di rumah, akhirnya kita lepaskan dari rumah hantu," pungkas Mulyono.
Baca Juga: Jalani Ibadah Puasa di Tengah Pandemi, Wizzy Mengaku Tetap Merasa Senang
(*)