Find Us On Social Media :

Pantau Kondisi Pasar Kerja di Tengah Wabah Covid-19, ILO: Hampir Setengah dari Angkatan Kerja Global Berisiko Kehilangan Mata Pencarian!

By None, Kamis, 30 April 2020 | 13:46 WIB

Pemkot Denpasar siapkan alternatif bagi pekerja yang ditolak Kartu Prakerja

Grid.ID – Semakin menurunnya jam kerja secara global akibat wabah COVID-19 menyebabkan 1,6 miliar pekerja di perekonomian informal – hampir setengah dari jumlah angkatan kerja global – berada dalam bahaya langsung mengalami kehancuran mata pencarian mereka, demikian Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) mengingatkan.

Menurut “Monitor ILO edisi ketiga: COVID-19 dan dunia kerja”, penurunan jam kerja di kuartal (kedua) tahun 2020 kini diperkirakan akan semakin buruk dibandingkan estimasi sebelumnya.

Dibandingkan dengan tingkatan sebelum krisis (Q4 2019), saat ini diperkirakan akan terjadi kemorosotan 10,5 persen, setara dengan 305 juta pekerjaan penuh waktu (dengan asumsi 48 jam kerja se-minggu).

Estimasi sebelumnya adalah penurunan 6,7 persen, setara dengan 195 juta pekerja penuh waktu.

Ini diakibatkan perpanjangan dan perluasan tindakan karantina.

Secara regional, situasi ini memburuk untuk semua kelompok regional utama.

Baca Juga: Tunjukkan Foto USG, Dahlia Poland Umumkan Kehamilan Anak Ketiganya

Estimasi memperkirakan 12,4 persen hilangnya jam kerja di Q2 untuk kawasan Amerika (dibandingkan dengan tingkatan sebelum krisis) dan 11,8 persen untuk kawasan Eropa dan Asia Tengah.

Estimasi untuk kelompok-kelompok regional lainnya mendekati angka itu dan semuanya di atas 9,5 persen. Dampak perekonomian informal

Sebagai akibat dari krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi, hampir sekitar 1,6 miliar pekerja perekonomian informal (mewakili kelompok paling rentan di pasar kerja), dari sekitar dua juta miliar di seluruh dunia dan 3,3 miliar angkatan kerja global, mengalami kerusakan besar dalam kapasitas mereka untuk memperoleh pendapatan.

Hal ini dikarenakan tindakan karantina dan/atau karena mereka bekerja di sektor yang paling terkena imbas pandemi.

Bulan pertama krisis ini diperkirakan mengakibatkan kemorosotan 60 persen dari penghasilan pekerja informal secara global.