Di anataranya eutrofikasi (pengayaan nutrien di dalam air), perubahan iklim global, penangkapan ikan berlebihan dan invasi alien spesies.
Terkait kemunculan ribuan ubur-ubur di Probolinggo dan di perairan sekitar Jakarta, Ridho mengatakan, fenomena tersebut dimungkinkan memiliki pola.
"Selama 2 tahun terakhir di bulan Oktober terdapat ledakan ubur-ubur Phylloriza (spotted jelly) dan Catostylus (blubber jelly) di teluk Jakarta. Mungkin ini kasus yang lebih terpola," ujarnya.
Lebih lanjut pola yang terbentuk setiap bulan Oktober selama 2 tahun terakhir terjadi di teluk Jakarta.
Sementara pola yang terbentuk di Probolinggo terakhir kali terjadi pada 2016, 1986, 1981, dan 1973 pada bulan April, Mei, dan Juni.
Kesimpulan yang dapat diambil dari rekapan tersebut yakni kejadian ledakan ubur-ubur di Probolinggo terjadi dari rentang 2016-1986.
Hingga kini Ridho pun masih menghimpun sejumlah data terkait fenomena ubur-ubur tersebut.
Namun di sisi lain, fenomena ribuan ubur-ubur ini disinyalir terjadi sekali dalam setahun untuk tiap lokasi.
"Probolinggo tiap bulan April-Juni, kemudian selatan Jawa Juni-Agustus, di teluk Jakarta tiap bulan September-November," pungkasnya.
(*)