Laporan Wartawan Grid.ID, Widy Hastuti Chasanah
Grid.ID - Kabar duka kembali datang dari industri musik Tanah Air.
Sang legenda campursari, Didi Kempot telah menghembuskan nafas terakhirnya pada Selasa (05/05/2020).
Dilansir dari Kompas.com, Sebelum meninggal, penyanyi bernama asli Dionisius Prasetyo tersebut sempat dibawa ke rumah sakit dalam kondisi tak sadarkan diri.
"Datang dalam kondisi tak sadar. Kita lakukan upaya pertolongan semaksimal mungkin, tapi akhirnya meninggal," ujar Asisten Manajer Humas RS Kasih Ibu.
Baca Juga: Tenar hingga Negeri Suriname dan Belanda, Ternyata Inilah Asal-usul Nama Didi Kempot yang Melegenda
Mengetahui hal itu, banyak masyarakat hingga publik figur mengucapkan belasungkawa terhadap pelantun lagu 'Sewu Kuto' tersebut.
Seperti diketahui, Didi Kempot memang telah lama berkarier di industri musik tanah air.
Bermula dari seorang pengamen, kini Didi Kempot berhasil menaklukan hati kaum millenial.
Ia banyak digemari oleh kaum millenial lantaran lagunya banyak berkisah mengenai kesedihan, cinta dan patah hati.
Namun, dibalik itu semua Didi Kempot rupanya berasal dari keluarga seniman.
Dilansir dari Tribunjateng.com, Ayah Didi Kempot adalah Ranto Edi Gudel merupakan pemain ketropak dan sang ibu, Umiyati Siti Nurjanah adalah penyanyi tradisional.
Sedangkan sang kakak, Mamiek Prakoso adalah pelawak.
Didi memulai kariernya pada tahun 1984 sebagai musisi jalanan di kota kelahirannya di Surakarta, Jawa Tengah.
Ia lantas hijrah ke Jakarta bersama teman-temannya untuk merantau dan mengamen.
Dirinya pun berhasil ditarik oleh seorang produser dan akhirnya masuk ke dapur rekaman.
Di awal kariernya, ia mengeluarkan album pertamanya yang mana salah satu lagu tersebut berjudul 'Cidro'
Lagu itu berhasil meledak di pasaran, bahkan sampai ke Eropa.
Sebagaimanana diinformasikan oleh Kompas.com, Pada 1993, Didi Kempot mulai tampil di luar negeri, tepatnya di Suriname, Amerika Selatan.
Rupanya Lagu "Cidro" lah yang mengantarkan Didi Kempot semakin dikenal di Suriname.
Tak tanggung-tanggung, Didi bahkan sampai menginjakkan kakinya di benua Eropa.
Usai Cidro, Didi dikabarkan menggarap dan merekam lagu 'Layang Kangen' di Rotterdam Belanda.
Ia pun lantas pulang ke Indonesia dan kembali merilis lagu 'Stasiun Balapan' tepatnya pada tahun 1999.
Didi Kempot sendiri terhitung sebagai seniman yang produktif merilis lagu hingga mencapai 700 lagu (baik yang dirilis maupun tidak).
Meski lagu-lagunya menggunakan bahasa jawa, namun siapa sangka ia mampu menarik hati para anak muda, hingga penggemarnya semakin bertambah.
Baca Juga: Kaget Dengar Didi Kempot Berpulang, Boy William: Impian Banget Pengin Ajak Collab
Kepopulerannya semakin meroket usai ia mengeluarkan lagu Pada 2016 berjudul "Suket Teki".
Atas kerja kerasnya itulah lagu-lagu Didi Kempot selalu meledak di pasaran.
Ia kerap kali melakukan konser yang mana konsernya tersebut tak pernah sepi.
Karya-karyanya juga dicover oleh beberapa penyanyi sehingga membuatnya semakin dikenal oleh khalayak luas.
Tak pelak, Didi Kempot berhasil menyabet banyak penghargaan.
Terbaru, Didi Kempot mendapatkan Penghargaan Khusus Maestro Campursari dari Indonesia Dangdut Awards pada tahun 2019.
Namun kini sang maestro tersebut telah mangkat.
Meski begitu, karya-karyanya akan terus hidup dan dikenang oleh para pendengar setianya.
Selamat jalan Didi Kempot
(*)