Selain itu menurut Inul, sebanyak apapun harta yang dikumpulkan tidak akan pernah dibawa mati dan tidak bisa menolongnya di hari akhir nanti.
"Sing bener warisan dalam sebuah pernikahan adalah anak, sabagai generasi penerus, darah keturunan, dan calon pendoa dan penolong kita saat sudah tiada kelak," sambungnya.
Seluruh kekayaan yang dimilikinya itu, dianggap Inul sebagai media untuk bertahan hidup di dunia saja.
"Sebab dunyo brono ora digowo mati, meski semua itu perlu buat nambel urip," lanjutnya.
Kendati demikian, Inul akhirnya menyebut anak semata wayangnya itulah yang menjadi harta sesungguhnya.
Sebab di hari akhir hanya anaknya lah yang dapat mendoakan dan menolongnya setelah kehidupan di dunianya berakhir.
Terlebih seorang anak merupakan titipan dan tanggung jawab yang juga harus di pertanggung jawabkan dirinya kelak dikemudian hari.
"Anak adalah titipan, kadang sesulit apapun kita, anak harus tetap bahagia, harus diberi ilmu, makan dan pelajaran hidup biar jadi anak yang bener," curhatnya.
Dengan demikian, Inul pun berusaha memberikan apapun untuk anaknya itu agar tumbuh menjadi anaknya yang baik dan berakhlak mulia.
"Yang penting bahaimana mengarahkan mereka agar tidak salah jalan. Agar jadi anak yang sukses berhasil. Punya akhlak yang baik bisa jadi suri tauladan bagi sekeliling."
"Apapun kita sebagai orang tua, berjuang demi anak jadi hebat. Beri dia makanan halal. Beri dia ilmu agama. Beri dia kasih sayang. Insyaallah dia tidak akan jkekurangan dalam hidupnya," pungkasnya.
(*)