Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Wabah virus corona di berbagai negara memang masih terus terjadi.
Berbagai usaha dilakukan medis, Pemerintah, dan masyarakat untuk menekan angka penyebaran Covid-19 ini.
Di Indonesia, Pemerintah terus berupaya keras dan berharap puncak pandemi Covid-19 akan segera menurun.
Namun demikian, beberapa ahli mengatakan ketika kasusnya sudah turun tidak berarti langsung landai atau langsung nol, melainkan masih bisa fluktuatif.
"Ada kemungkinan masih bisa naik lagi atau turun lagi, naik sedikit lagi, dan turun lagi dan seterusnya.""Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan," kata Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, dalam video yang diunggah Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden pada Kamis, (7/5/2020).
Baca Juga: Temuan Baru, Kasus Virus Corona Pertama di Perancis Diduga Bukan Berasal dari Wuhan
Berbagai upaya memang masih terus dilakukan untuk mengatasi virus yang belum ditemukan vaksinnya ini.
Nah, pernahkah kamu membayangkan bagaimana rasanya 'divonis' positif virus corona selama 3 kali dalam rentang waktu hanya dua bulan?
Hal inilah dirasakan pria berusia 26 tahun asal Houston, Texas, Amerika Serikat.
Baca Juga: Ikuti Prosedur Pemerintah Terkait Wabah Covid-19, Ayahanda Nikita Willy Akan Langsung Dimakamkan
Dia sudah tiga kali positif Covid-19 hanya dalam rentang waktu dua bulan.
Sungguh malang nasibnya.
Pria bernama Christian Bermea itu pertama kali didiagnosis Covid-19 pada 19 Maret, dan setelah itu dia dua kali dites positif Covid-19.
Bermea mulai merasa tidak enak badan pada 16 Maret dan menunjukkan gejala-gejala.
Ia lalu menjalani tes pada 19 Maret dan hasilnya positif.
Kemudian, ia melakukan tes ulang dua kali setelahnya dengan hasil yang sama.
"Saya tidak tahu bagaimana saya bisa terjangkit, tetapi setelah saya mulai menunjukkan gejala, segera saya menghubungi tempat kerja saya dan bilang, 'Tolong biarkan saya bekerja dari rumah'."
"Pekerjaan saya luar biasa. Saya baru saja mulai mengambil tindakan segera."
"Saya sudah siap untuk selesai. Saya benar-benar merasa sangat lebih baik dibanding di awal, tapi masih belum 100% membaik. Penciuman saya masih belum sebagus sebelumnya, lelah, dan sesak napas," katanya seperti dilaporkan situs Daily Star, Rabu (06/05/20)
Bernea mengatakan, meski tidak merasa sakit seperti yang dia rasakan dua bulan lalu, dia masih mengalami beberapa gejala dan terus mengisolasi diri.
"Lima pula hari dan masih terus berlanjut. Virus ini bukan hanya proses fisik, tapi mental juga. Anda hampir terjebak dengan pikiranmu. Saya takut karena masih ada virus di dalam diriku," sambungnya.
Sementara itu Dr Sandberg dari Kelsey-Seybold Clinic mengatakan kepada Fox News (06/05/20) bahwa pasien seperti itu menimbulkan banyak pertanyaan.
"Tes positif bukan berarti kita bisa menginfeksi orang lain. Artinya kita memiliki bagian dari kode genetik itu di dalam tubuh kita," lanjutnya.
Bermea mengaku berencana untuk melakukan tes Covid-19 lagi minggu ini.
Dia mengatakan jika hasilnya kembali positif, kemungkinan dia akan menunggu satu bulan untuk melakukan tes lagi.
"Jika hasilnya kembali positif, dan Anda merasa seperti tidak akan menginfeksi siapa pun, lebih baik bermain aman daripada menyesal," jelasnya.
Menurut WHO, butuh waktu sekitar dua hingga enam minggu untuk sembuh dari Covid-19. Tingkat kesembuhan akan bergantung pada keparahan penyakit, begitu juga dengan pengobatan.
"Waktu media dari onset hingga kesembuhan klinis dari kasus ringan diperkirakan dua minggu dan 3-6 minggu untuk pasien dengan penyakit parah atau kritis," tulis WHO dalam sebuah laporan.
(*)