Laporan Wartawan Grid.ID, Silmi Nur A
Grid.ID - Ramadhan 2020 kali ini terasa berbeda karena pandemi covid-19.
Aktivitas-aktivitas keagamaan tak bisa dilakoni di rumah ibadah pada Ramadhan 2020 ini.
Dan jutaan orang terpaksa tinggal di rumah selama lockdown ataupun pembatasan yang masih diberlakukan di Ramadhan 2020 ini.
Baca Juga: Bintang Stranger Things Millie Bobby Brown Salurkan Donasi ke 3 Rumah Sakit yang Menangani Covid-19
Namun, pandemi covid-19 tidak seharusnya mematahkan semangat untuk beribadah.
Apalagi di bulan suci yang penuh berkah ini.
Terinspirasi pendahulunya, Dabirul Choudhury menghasilkan puluhan ribu poundsterling untuk membantu korban virus corona saat dirinya menjalankan ibadah puasa.
Melansir Aljazeera, Kamis (7/5/2020), pria 100 tahun itu berjalan di taman London bagian timur untuk mengumpulkan dana.
Dana ini kemudian dibagikan pada korban virus corona di Inggris, Bangladesh, dan beberapa negara lainnya.
Dabirul Choudhury lahir pada 1 Januari 1920 di Bangladesh.
Baca Juga: Menyedihkan! Hanya dalam Waktu Dua Bulan, Pria 26 Tahun Ini Tiga Kali Dinyatakan Positif Covid-19
Ia pindah ke London untuk belajar sastra Inggris pada tahun 1957.
Ia terinspirasi oleh rekan seabadnya, Tom Moore, yang menarik perhatian dunia karena menghasilkan Rp 631 miliar hanya dengan berjalan mengelilingi taman.
Uang yang dihasilkan pun disumbangkan pada Layanan Kesehatan Nasional (NHS).
Baca Juga: Lebih Lamban dari Italia, Wabah Covid-19 di Indonesia Diprediksi Masih Berlanjut Hingga Oktober
Choudhury mendapatkan target 100 kali putaran saat ia memulai misinya.
Namun, rupanya Choudhury mencapai target itu lebih cepat dan mengumpulkan lebih banyak dana.
Sebagai seorang Muslim, Choudhury puasa selama Ramadhan saat dia menjalankan misi.
Baca Juga: Bantah Cinlok dengan Vicky Prasetyo, Jenita Janet Mengaku Takut Kena Perangkap
Sejauh ini, ia telah mengumpulkan sekitar 75.000 poundsterling, atau setara dengan Rp 1,4 miliar.
Pada halaman penggalangan dana JustGiving, ia mengatakan, "Lebih dari setengah miliar orang akan masuk ke dalam kemiskinan kecuali tindakan segera diambil."
"Terutama orang-orang Bangladesh dan negara-negara dunia ketiga akan paling menderita, anak-anak dan keluarga rentan akan menderita kelaparan ekstrem."
(*)