Find Us On Social Media :

Adi Kurdi Meninggal Dunia, Kenali Serangan Stroke yang Ternyata Bisa Diprediksi 30 Hari Sebelumnya

By Devi Agustiana, Jumat, 8 Mei 2020 | 19:10 WIB

Adi Kurdi Meninggal Dunia, Kenali Serangan Stroke yang Ternyata Bisa Diprediksi 30 Hari Sebelumnya

Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana

Grid.ID – Dunia hiburan Tanah Air kembali kehilangan salah satu legendanya.

Adi Kurdi, aktor senior pemeran tokoh Abah dalam sinetron Keluarga Cemara tutup usia, Jumat (8/5/2020).

Adi meninggal Jumat siang di RS Pusat Otak Nasional Jakarta Timur.

Padahal, film terbarunya yang berjudul 'Terima Kasih Emak Terima Kasih Abah' dijadwalkan tayang di bioskop pada 16 April 2020 lalu, atau belum genap satu bulan dari sekarang.

"Iya (meninggal) tadi jam setengah 12. Kabar dari Novia Kolopaking, semua," kata Harry saat dihubungi wartawan, Jumat (8/5/2020).

Baca Juga: Artis Senior Adi Kurdi Meninggal Dunia, Ringgo Agus Rahman Sampaikan Belasungkawa untuk Aktor Panutannya

Harry menyebut bahwa Adi Kurdi meninggal akibat terjadi penyumbatan otak.

"Penyumbatan otak atau semacamnya gitu bukan Covid-19. Kalau sakitnya sih engak tahu, yang saya tahu dia kan glukoma, penglihatannya sudah tidak bisa, sudah buta," ucap Harry.

"Kemudian kemarin masih bikin Terima Kasih Emak dan Abah, habis itu sakit, kayak stroke," kata Harry melanjutkan.

Adapun penyakit stroke terjadi ketika aliran darah dari tubuh menuju otak terganggu, terutama akibat penyumbatan pembuluh darah.

Baca Juga: Dicurigai Meninggal Dunia Gegara Terjangkit Covid-19, Istri Mendiang Adi Kurdi Tegaskan: Bapak Negatif Corona!

Atau bisa juga penyebab stroke dalah pembuluh darah pecah, sehingga otak tidak mendapatkan suplai darah.

Hal ini bisa menyebabkan beberapa area di otak tidak berfungsi, bahkan mati.

Jika tidak segera dilakukan tindakan, bisa menyebabkan kematian.

Serangan penyakit stroke bisa ringan atau berat, dan mengetahuinya bisa menyelamatkan nyawa.

Tetapi bagaimana pun, baik serangan stroke ringan maupun berat, harus mendapatkan pelayanan gawat darurat.

Baca Juga: Adi Kurdi Meninggal karena Stroke dan Pembengkakan Otak, Jenazah Pemeran Abah dalam Sinetron Keluarga Cemara Ini Akan Dimakamkan di Bengkel Teater Rendra

Karena kondisi medis ini menyebabkan kerusakan sel otak dalam hitungan menit.

Maka penanganan yang tepat bisa menyelamatkan nyawa seseorang.

Berdasarkan data dari Kementrian Kesehata Republik Indonesia tahun 2013, lebih dari 2 juta penduduk terserang penyakit stroke.

Lebih dari 15% di antaranya menyebabkan kematian.

Penyebab penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak sangat beragam.

Biasanya terjadi akibat dari tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan lain sebagainya.

Baca Juga: Sang Istri Ungkap Penyebab Adi Kurdi Meninggal Dunia: Bapak Ada Tumor di Otak Sebelah Kiri..

Gejalanya di antaranya adalah perubahan di wajah, bicara tidak jelas, dan lengan mati rasa digerakkan.

Serangan stroke biasanya tidak bisa diprediksi, bahkan tanpa memperlihatkan tanda tanda yang jelas.

Demikian juga dengan gejala stroke yang sulit dilihat.

Tapi kini ilmuwan berhasil menemukan, jika kondisi ini di tubuh kemungkinan seseorang akan terkena serangan stroke dalam 30 hari mendatang.

Kondisi tubuh apa itu? Tertulis dari dailymail.co.uk, Infeksi Saluran Kemih (ISK) meningkatkan peluang seseorang jadi penderita stroke.

Baca Juga: Aktor Pemeran Abah di Sinetron Keluarga Cemara Meninggal Dunia, Novia Kopolaking Ungkap Kondisi Terakhir Saat Bertemu: Mas Adi Kurdi Tidak Bisa Melihat..

Para ilmuwan menemukan, pasien dengan ISK tiga kali lebih mungkin untuk mengalami stroke iskemik dalam waktu 30 hari setelah terinfeksi.

Stroke iskemik terjadi ketika gumpalan darah menghalangi aliran darah dan pasokan oksigen ke otak, kata NHS - Badan Kesehatan Inggris.

Mereka adalah jenis stroke yang paling umum.

Studi ini tidak dapat membuktikan bahwa infeksi sebenarnya mejadi penyebab penyakit stroke.

Tetapi para peneliti mengatakan, infeksi tersebut meningkatkan peradangan pada arteri yang dapat berkontribusi pada pembekuan darah.

Beberapa infeksi lain ditemukan meningkatkan risiko stroke termasuk septikemia, gangguan pada perut, kulit, dan pernapasan.

Baca Juga: Kabar Duka, Adi Kurdi Meninggal Dunia Akibat Penyumbatan Otak

Para peneliti mengamati kondisi yang terjadi lebih dari 190.000 pasien stroke, di negara bagian New York dari 2006 hingga 2013.

Mereka membandingkan catatan pasien, untuk melihat apakah mereka memiliki infeksi dalam empat bulan sebelum mereka menderita stroke.

Untuk semua infeksi, risiko stroke lebih tinggi dalam 30 hari setelah infeksi, tim akademisi menemukan.

Dr Mandip Dhamoon, peneliti senior, mengatakan, "Penyedia layanan kesehatan perlu menyadari bahwa stroke dapat dipicu oleh infeksi."

"Meneliti minggu atau bulan sebelumnya dari kehidupan pasien sebelum stroke, kadang-kadang dapat membantu menjelaskan kemungkinan penyebab stroke jika ada infeksi selama waktu itu," tambahnya.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa, kita perlu berbuat lebih banyak untuk memahami mengapa dan bagaimana infeksi dikaitkan dengan terjadinya berbagai jenis stroke, dan itu akan membantu kita menentukan apa yang dapat kita lakukan untuk mencegah jenis stroke ini," tegasnya.

Baca Juga: Viral, Kakek Berusia 87 Tahun di Jakarta Selatan Kesulitan Napas dan Menderita Stroke, Kini Hidup Sebatang Kara hingga Rela Jual Barang-barang Antik Koleksinya Demi Bertahan Hidup

"Temuan ini menunjukkan bahwa, mungkin ada implikasi untuk vaksinasi, rejimen antibiotik atau perawatan antitrombotik intensif.

Tidak hanya untuk mencegah infeksi, tetapi untuk mencegah stroke pada mereka yang dianggap berisiko tinggi," tutupnya.

Koneksi juga diperiksa dengan dua jenis stroke lainnya - perdarahan intraserebral, yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak.

Lalu pendarahan subarakhnoid, jenis yang tidak biasa yang disebabkan oleh pendarahan pada lapisan dalam otak.

Untuk intraserebral, koneksi terkuat berhubungan dengan kondisi ISK, septikemia, dan infeksi saluran pernapasan.

Pernapasan adalah satu-satunya infeksi yang berhubungan dengan perdarahan subaraknoid.

Baca Juga: Namanya Mentereng Usai Bintangi Tukang Bubur Naik Haji hingga Bajaj Bajuri, Begini Nasib Mat Solar Usai Kena Stroke dan Diterapi Anggota TNI!

ISK terjadi ketika saluran kemih, yang terdiri dari ginjal, kandung kemih dan tabung yang mengalir di antara mereka, dibanjiri oleh bakteri.

Gejalanya meliputi seringnya buang air kecil, sakit saat buang air kecil dan ketidaknyamanan di perut.

Wanita bahkan menjadikan faktor risikonya hingga 30 kali lebih besar, daripada pria.

Hal ini karena uretra mereka, saluran melalui mana urin meninggalkan tubuh, lebih pendek daripada pria dan lebih dekat ke bagian belakang.

Lebih dari setengah wanita akan memiliki setidaknya satu ISK, dalam hidup mereka.

Dan sepertiga dari ini menderita tiga atau lebih episode setahun.

(*)