"Prinsipnya bukan pada bersalaman atau berpelukan, tetapi yang utama adalah rasa penghormatan dan saling memaafkan," kata Drajat.
Drajat mengatakan, akan sulit untuk melarang masyarakat melakukan silaturahim saat Lebaran.
Yang bisa dilakukan adalah memberikan imbauan untuk tetap melakukan langkah pencegahan penularan seperti menjaga jarak aman, serta sebisa mungkin menghindari sentuhan tangan.
Selain itu, masyarakat juga harus selalu diingatkan untuk mengenakan masker serta mencuci tangan sebelum dan setelah bertamu.
"Tradisi (silaturahim) tetap akan berjalan, untuk halal bi halal, selama bisa menjaga jarak dan menghindari bersentuhan tangan itu tidak masalah," kata Drajat.
Selain tradisi mudik atau pulang ke kampung halaman, perayaan Lebaran juga identik dengan halal bi halal atau saling memaafkan.
Tradisi ini biasanya dilakukan selepas shalat Idul Fitri.
Pada kesempatan ini, sesama anggota keluarga akan saling meminta maaf satu sama lain.
Di wilayah Jawa Tengah, seperti Surakarta dan sekitarnya, orangtua akan duduk di kursi sementara anak-anaknya bersimpuh dan mencium tangan kedua orang tuanya.
Hal ini biasa disebut sebagai sungkeman.
Setelah ritual saling memaafkan ini, kemudian akan dilanjut dengan acara makan bersama.