Jadi, maksudnya adalah manusia yang kembali ini menjadi sadar untuk berbuat baik dan menjauhi kejahatan.
Kemudian yang dimaksud dengan al-faizin adalah orang yang memperoleh kemenangan.
Dapat diartikan dengan kemenangan karena bisa mengusai emosinya, tidak mengedepankan ego, sehingga dijanjikan Allah kemenangan berupa pengampunan dan surga.
Menurut seorang ulama, ucapan Minal Aidin Wal Faizin ini tidaklah berdasarkan dari generasi para sahabat ataupun para ulama setelahnya atau Salafus Salih.
Ucapan ini bermula dari seorang penyair pada masa Al-Andalus, yang bernama Shafiyuddin Al-Huli.
Kalimat ini mulai diucapkan saat ia membawakan syair yang konteksnya mengkisahkan dendang wanita di hari raya.
Sumber lain menyebutkan, pada zaman khilafiah rasyidin, ucapan Minal Aidin Wal Faidzin digunakan sebagai ungkapan bangga atas kemenangan perang yang sebenarnya, semisal Perang Badar.
Ucapan minal 'aidin wal-faizin ini tidak akan dimengerti maknanya oleh orang Arab, dan kalimat ini tidak ada dalam kosa kata kamus bahasa Arab, dan hanya dapat dijumpai makna kata perkatanya saja.
(*)