Pria kelahiran Sawang, Batam, itu mengaku harus sabar dengan kondisi saat ini.
Heru hanya mengandalkan pendapatannya mengemudi ojol.
"Saya kan biasa ngetem di bandara, maen argo gede, sekarang argo gede juga jarang. Sekarang dapat Rp 400 ribu atau Rp 350 ribu itu kotor, belum dipotong bensin Rp 150 ribu," tutur dia.
Lanjutnya, saat ini pengeluaran untuk bensin jadi boros karena pesanan tak seramai biasanya.
Seperti saat mengantar penumpang dari Jakarta ke Depok.
Misalnya, dari Depok belum tentu ada penumpang yang akan kembali ke Jakarta.
Padahal rumah Heru di Jakarta.
Selain itu, dia kadang mengambil orderan pengantaran untuk tambahan.
Barang yang kecil seperti parcel Lebaran dia mau mengantar.
Tapi dia tidak berani membawa barang-barang besar, karena takut ditilang polisi di check point.
Kesulitan hidupnya bertambah karena Heru masih memiliki cicilan mobil, makan sehari-hari, dan maintenance mobil.
Dirinya mengaku sempat telat bayar cicilan mobil bulan lalu.
"Ya biasanya kalau Lebaran rame orderan ya, tapi nggak tau besok gimana," katanya. Saat mengemudikan mobilnya, Heru mengatakan tetap menjaga protokol kesehatan.
Dia memakai masker, membawa hand sanitizer, dan sebagainya.
"Kalau ada penumpang turun yang agak mencurigakan, saya semprot alkohol di kursi belakang. Lalu kalau penumpang nggak pakai masker saya tegur," ungkap dia.
Namun, hingga kini dia merasa sehat dan belum ikut tes semacam rapid test.
"Harapan saya yah, semoga pemerintah serius menangani wabah ini, biar kita bisa hidup normal kembali, kita semua rindu keluarga," pungkas Heru.