"Kalau ditanya sejak kapan, memang tidak bisa diketahui karena dari dulu sejak ada. Ada kemungkinan terpengaruh dari budaya China yang membagikan angpao," kata Sunu, Kamis (21/5/2020).
"Yang namanya pengaruh seperti itu kan tidak bisa disadari. Karena kalau sudah menjadi tradisi ya kita anggap sebagai bagian dari cara hidup atau kebiasaan kita," sambungnya.
Kendati demikian, Sunu menyebut tradisi berbagi di hari-hara raya atau hari besar itu berlaku untuk pemeluk agama mana pun.
Sunu menjelaskan, pemberian uang baru itu bisa dimaknai sebagai simbol semangat berbagi dari orang yang memiliki rezeki berlebih kepada kerabat.
Tradisi tersebut merupakan bagian dari solidaritas sosial agar semua orang berbahagia dalam merayakan hari yang istimewa.
"Karena semangatnya adalah semangat cinta kasih dan berbagi, sehingga semua sama-sama merasa bahagia," jelas dia.
Soal pemberian berupa uang baru, Sunu menyebut hal itu dilakukan agar disukai oleh anak-anak.
Menurutnya, sesuatu yang baru itu menarik di mata anak meskipun nominalnya kecil.
Namun, jika ditarik ke makna yang lebih luas, ia menyebut bahwa uang baru bisa menjadi simbol semangat baru setelah menjalani puasa selama satu bulan.
"Karena yang ditekankan di situ adalah fitri, yaitu diharapkan kita menjadi pribadi-pribadi baru yang merupakan hasil penggemblengan dari sebulan penuh berpuasa dan menahan diri," terang dia.
(*)