Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Bulan Ramadhan telah usai dan kini berganti dengan bulan Syawal.
Bagi beberapa orang, ada yang melanjutkan ibadah puasanya, yaitu dengan puasa Syawal.
Puasa Syawal dilaksanakan selama enam hari di bulan Syawal, kecuali pada tanggal satu.
Seperti diketahui, puasa pada tanggal 1 Syawal hukumnya haram dilakukan karena pada tanggal tersebut adalah hari raya Idul Fitri.
Pelaksanaan Puasa Syawal dilakukan selama enam hari dan bisa dilakukan berturut-turut atau tidak.
Berikut dalil dan keutamaan melaksanakan Puasa Syawal:
Perintah melakukan puasa Syawal disebutkan dalam hadits Abu Ayyub Al-Anshari r.a., Nabi SAW.,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
"Nabi Muhammad SAW bersabda "Barangsiapa berpuasa penuh di bulan ramadan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan syawal, maka pahalanya seperti berpuasa selama satu tahun." (HR. Muslim)
Nah, membahas puasa Syawal yang saat ini sudah bisa kita jalani, ternyata ada manfaatnya juga bagi kesehatan.
Melakukan puasa di bulan Syawal bisa menjadi solusi bagus untuk sistem pencernaan menyesuaikan keadaan usai Ramadhan dan Lebaran.
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, hal itu diungkapkan oleh dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastro entero hepatologi, Prof. Ari Fahrial Syam.
"Islam sendiri sudah memberikan solusi, puasa Syawal. Solusi ketika sudah full 30 hari puasa, lalu ada break Lebaran, lalu puasa syawal biar sistem pencernaan menyesuaikan keadaan," katanya.
Lebih lanjut, Puasa Syawal ternyata memberikan manfaat terhadap kesehatan terutama lambung.
Menurut Ari, melanjutkan puasa di bulan Syawal selama enam hari pada dasarnya meneruskan keteraturan jadwal makan.
Artinya, waktu lambung terisi makanan misalnya saat sahur dan berbuka puasa juga menjadi teratur.
"Kadang makan pagi kadang nggak. Lambung nggak konsisten diisi. Nggak makan pagi baru makan jam 12.00, lambung kosong sudah 12 jam, ketidakteraturan ini menyebabkan sakit maag. Lalu camilan nggak sehat," tutur Ari.
Selain itu, mereka yang punya masalah pada lambung, berisiko membuat penyakitnya kambuh jika pola makan sehat tak dijaga.
Prinsip keteraturan waktu makan juga berlaku untuk mereka yang bukan Muslim.
Prinsipnya, lambung harus diisi teratur, misalnya 6-8 jam sekali bukannya setiap jam seperti anggapan sebagian orang.
Dia pun mengimbau agar sarapan jangan hanya air putih aja.
Tetapi, tetap harus ada yang dikonsumsi, misalnya roti, telur, ayam, kentang.
"Paling enggak ada yang kita konsumsi. Lalu, enam jam lagi misalnya jam 13.00, lalu jam 19.00," kata Ari.
Selain teratur makan, perhatikan makanan yang dikonsumsi.
Terakhir, jangan lupakan camilan sehat sepanjang hari dan kelola stres karena hal ini bisa membuat asam lambung meningkat serta berolahragalah teratur.
(*)