“Krisis ekonomi akibat COVID-19 menghantam kaum muda – terutama perempuan – dengan lebih berat dan cepat dibandingkan kelompok lainnya.
Jika kita tidak mengambil aksi yang signifikan dan segera untuk memperbaiki situasi mereka, imbas virus ini dapat kita rasakan beberapa dasawarsa ke depan.
Jika bakat dan energi mereka tidak termanfaatkan dengan baik akibat kurangnya peluang atau keterampilan ini akan membahayakan masa depan kita semua dan akan semakin sulit untuk membangun kembali perekonomian yang lebih baik pasca COVID,” kata Direktur Jenderal ILO, Guy Ryder.
Monitor ILO ini menyerukan tanggapan berskala besar dengan kebijakan yang tersasar untuk mendukung kaum muda, termasuk program yang memastikan lapangan kerja/pelatihan yang luas di negara-negara berkembang dan program yang kaya pekerjaan di negara dengan pendapatan ekonomi rendah dan menengah.
Pengujian dan penelusuran yang dilakukan olehMonitor ILO edisi ke-4 ini juga mengungkapkan langkah-langkah untuk menciptakan proses kembali ke lingkungan kerja yang aman.
Laporan menyebutkan pengujian dan penelusuran secara teliti terhadap infeksi of COVID-19, “sangat kuat berkaitan dengan gangguan pasar kerja yang lebih rendah …. [dan] gangguan sosial yang jauh lebih kecil dibandingkan langkah isolasi dan karantina.”
Di negara-negara dengan proses pengujian dan penelusuran yang kuat, tingkat rata-rata pengurangan jam kerja jauh lebih rendah sebesar 50 persen.
Ada tiga alasan yang menyebabkan hal ini: Pengujian dan penelusuran menurunkan tindakan isolasi yang ketat; meningkatkan kepercayaan masyarakat sehingga mendorong konsumsi serta mendukung ketenagakerjaan; dan membantu meminimalisir gangguan operasional di tempat kerja.
Selanjutnya, pengujian dan penelusuran dapat dengan sendirinya menciptakan pekerjaan baru, walau hanya sementara, yang dapat disasarkan kepada kaum muda atau kelompok prioritas lainnya.