Find Us On Social Media :

Aturan New Normal di Sekolah Telah Diusulkan dan Dirumuskan, Asisten Kementerian PPPA: Masuk 4 Jam Sehari, Tanpa Jam Istirahat!

By Novia, Jumat, 29 Mei 2020 | 15:45 WIB

Ilustrasi new normal di sekolah. Sejumlah siswa mengenakan masker saat mengikuti pelajaran di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sunter Agung 09, Jakarta Utara, Rabu (4/3/2020). Seluruh siswa SDN Sunter Agung 09 dihimbau mengenakan masker oleh pihak kepala sekolah karena penyebaran virus corona sekaligus mengurangi resiko tertular.

Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti

Grid.ID - Instansi pendidikan tengah mempersiapkan diri untuk menyesuaikan kebijakan new normal.

Di tengah pandemi covid-19, tatanan new normal tengah menjadi perbincangan hangat.

Beberapa perubahan dan usulan tengah disiskusikan guna menjaga keamanan dan kenyamanan dalam belajar.

Baca Juga: Hadapi New Normal? Ini Deretan Kebiasaan dan Cara Makan yang Diprediksi Akan Berubah Meskipun Pandemi Corona Berakhir

Usulan tersebut di antaranya adalah pengurangan jam masuk dan peniadaan jam istirahat.

Seperti dikutip dari Tribun Wow pada Jumat (29/5/2020), Ciput Ekawati selaku Asisten Deputi Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi Kementerian PPPA menyampaikan hal tersebut.

Dalam webinar, Ciput Ekawati menyampaikan perubahan sistim pengajaran untuk beradaptasi dengan situasi new normal.

Baca Juga: Persiapkan New Normal, Wali Kota Bekasi Sebut 'Tidak Risau Jika Ada Lonjakan Kasus Corona Baru'

Ia mengungkapkan dan merekomendasikan sejumlah sekenario yang bisa dilakukan untuk dapat menerapkan protokol kesehatan.

Satu diantaranya adalah pengurangan waktu belajar menjadi 4 jam sehari tanpa ada istirahat.

"Yang sedang kami rekomendasikan adalah menghilangkan jam istirahat dan memperpendek jam pelajaran," ujarnya.

Baca Juga: Atiqah Hasiholan Kesal Karena Diserbu Netizen hingga Dituding Kritik Pemerintah Usai Persoalkan Kata New Normal,

"Masuk 4 jam sehari tanpa jam istirahat," jelasnya.

Selain itu pihaknya juga teah merumuskan aturan jumlah siswa dan memberlakukan physical distancing.

"Jumlah siswa, pengaturan jarak itu pasti akan ada jeda-jeda tertentu. Itu yang sedang diatur," jelas Ciput.

Baca Juga: Gandeng Kemenag dan Kemendikbud Kaji Protokol Kesehatan New Normal di Sektor Pendidikan, Menkes Terawan Keluarkan 15 Aturan untuk Area Institusi!

Selain itu, Ciput Ekawati juga menyinggung kesiapan tenaga kerja agar segera beradaptasi dengan model pengajaran baru.

"Peran institusi pendidikan sudah pasti, jelas para guru harus siap remodeling sistem belajar di kelas," ujar Ciput.

Selain itu ia juga menyoroti permberlakukan pendidikan new normal yang sudah diterapkan di Australia.

Baca Juga: Meluruskan Pengertian New Normal di Pandemi Covid-19, Dokter Tirta: Bukan Kita Nerimo, Pasrah Bukan!

Menurutnya, pelajar di negara tersebut sudah menyekolahkan kembali anak didiknya dengan cara berpegang teguh pada protokol kesehatan.

"Mereka hanya dua kelas dulu untuk uji coba, termasuk menyiapkan siswa, guru, tenaga pendidik dengan new normal ini," tutur Ciput.

"Kalau di Indonesia saya pikir bisa disiasati dengan diberi jeda masuknya, satu jam. Jadi masuk dan pulang tidak bersamaan sehingga tidak bertumpuk saat keluar masuk gerbang," tandasnya.

Baca Juga: Jokowi Minta Fase New Normal Langsung Jalan Pada 5 Juni, Tapi Anak Buahnya Masih Tarik Ulur dengan Anies Baswedan Soal Waktu Penerapan Pola Hidup Baru Itu

Sementara itu melansir dari artikel Grid.ID sebelumnya, Menkes Terawan Agus Putranto masih membicarakan protokol kesehatan yang akan diterapkan di sekolah berama Kemenag dan Kemendigbud.

Terawan mengaku harus menggandeng dua menteri sekaligus lantaran membutuhkan detail kebijakan dalam mengkaji protokol kesehatan dalam menghadapi situasi new normal.

"Supaya tidak ada salah persepsi, khususnya pada pesantren kan itu butuh detail sekali, karena itu kami dengan Kementerian Agama,'' ujarnya.

Baca Juga: Covid Hari Ini 27 Mei 2020: Kabar Gembira Jelang 'New Normal,' Usai Disuntik Vaksin ini Sebagian Besar Relawan Tunjukkan Kekebalan Pada Corona

"Kami akan tetap berdiskusi dan bersama-sama membantu membuat protokolnya," tuturnya.

"Karena untuk SMA, SMP, SD, TK, playgroup, itu pasti berbeda-beda. Untuk yang mahasiswa pasti juga berbeda."

"Karena itu perlu diungkapkan untuk detail dan juga jelas," pungkasnya.

(*)