Find Us On Social Media :

Parah! Ternyata Inilah Alasan Label Zona Hitam Resmi Disematkan Kepada Surabaya, Kok Ketua Gugus Tugas Covid-19 Malah Berikan Pujian?

By Devi Agustiana, Kamis, 4 Juni 2020 | 10:46 WIB

Tangkapan layar peta sebaran Covid-19 di Jawa Timur, update pukul 09.40 WIB, Kamis (4/6/2020).

Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana

Grid.ID – Beberapa hari belakangan, Surabaya dikatakan memiliki angka tinggi dalam Jumlah orang positif Covid-19.

Hingga Surabaya menjadi zona hitam.

Dalam peta sebaran Covid-19 di Jawa Timur, Kota Surabaya tampak terlihat berwarna hitam.

Berdasarkan pantauan Grid.ID dari infocovid19.jatimprov.go.id, hingga Kamis (4/6/2020) siang, wilayah Kota Surabaya masih terlihat menjadi zona hitam.

 Baca Juga: Lagu Ciptaan Kekeyi Tuai Hujatan Gegara Kesandung Hak Cipta, Begini Reaksi Netizen saat Lebby Wilayati Keponakan Dewi Persik Cover 'Keke Bukan Boneka'

Lantas, apa itu zona hitam?

Kenapa Surabaya bisa menjadi zona hitam?

Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, hitam memiliki arti darurat Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menjelaskan, kondisi hitam bisa memiliki arti darurat.

"Sudah lebih dari zona bahaya yakni merah. Artinya penambahan kasusnya sudah tinggi, lebih dari 2.000-an biasanya," kata Dicky, Rabu (3/6/2020).

Sebenarnya, kata Dicky, warna yang tampak seperti hitam tersebut aslinya adalah berwarna merah.

"Sebetulnya yang aslinya itu bukan warna hitam, aslinya warna merah. Jadi ketika angka kasus baru di atas 2.000-an, maka daerah itu akan berwarna merah. Jadi tampak seperti hitam," ucap dia.

 Baca Juga: Tertembak Peluru Karet saat Ikut Demo Black Lives Matter, Halsey Alami Luka Memar!

Menurut Dicky, hal ini menunjukkan bahwa Kota Surabaya harus sudah sangat serius merespons penanganan Covid-19.

Selain itu, masyarakat, semua instansi dan pemangku kepentingan juga harus dilibatkan dan terlibat aktif menurunkan angka positif Covid-19.

"Karena bila tidak, bukan mustahil dalam waktu 2-3 minggu ke depan, situasi di Surabaya akan menjadi chaos," jelas dia.

 Baca Juga: Bak Kena Karma, Rampas Pekerjaan Maia Estianty Hingga Bikin Merana Mantan Istrinya, Kini Ahmad Dhani Mengeluh Tak Mampu Lagi Lakukan Hal Ini: 'Udah Puas Semuanya?'

Oleh karena itu, Dicky berpesan agar segera dilakukan peningkatan jumlah testing dan melacak populasi yang dianggap berisiko tinggi.

Misalnya, terhadap orang lanjut usia, orang sakit, anak-anak, dan juga terhadap ibu hamil.

"Saran saya, tempat-tempat ramai ditutup dulu dalam 2 minggu ke depan, sehingga akan mengurangi kecepatan dari penularan," papar Dicky.

"Masyarakat juga harus terus diedukasi tentang pentingnya pengertian new normal dalam artian untuk pencegahan.

"Bukan new normal yang artian kembali hidup bebas dengan gembira ria dan tidak memakai masker, tidak patuh cuci tangan, tidak mengindahkan jaga jarak, dan juga hal-hal lain yang bersifat pencegahan," imbuhnya.

 Baca Juga: Harta Duniawinya Tumpah Ruah hingga Sanggup Beli Barang Branded Ratusan Juta Rupiah, Nagita Slavina Justru Pakai Tabung Gas 3 Kilogram hingga Panen Hujatan, Netizen: Itu kan Buat Rakyat Miskin, Masa Sultan Pake Gas Melon?

Dicky mengungkapkan, dalam menilai suatu wilayah yang mengalami peningkatan dari hijau ke merah, selalu dilihat pada strategi utama menghadapi pandemi.

Adapun strategi yang dimaksud yakni testing, tracing dan isolasi.

"Terjadinya peningkatan ini tentunya ada kelemahan di antara tiga strategi utama tadi," kata Dicky.

 Baca Juga: Punya Pasukan Tank yang Semua Awaknya Wanita, Ternyata Tentara Wanita Israel Digembleng Secara Ganas hingga Bisa Bunuh Musuh Sambil Kegirangan dan Tertawa-tawa

Oleh sebab itu, lanjut dia, strategi utama dan kunci untuk melandaikan dan mencegah suatu wilayah agar beranjak dari zonasi yang lebih buruk, satu-satunya jalan adalah menguatkan tiga strategi ini.

Selain itu, peran aktif dari masyarakat juga harus dikedepankan dalam upaya pencegahan.

"Jadi di surabaya ini setidaknya ada 30 kluster lebih. Ditambah dengan perilaku sebagian besar masyarakat yang masih abai, masih banyak yang tidak mengindahkkan kewajiban bermasker, jaga jarak dan lain-lain," ucap Dicky.

Masih banyaknya masyarakat yang abai tersebut tak hanya di Surabaya saja, melainkan juga terjadi hampir di seluruh Indonesia.

 Baca Juga: Viral Karena Bercerai Setelah Dapat Mahar Senilai Rp 2 Miliar, Terungkap Begini Nasib Bella Luna Sekarang dan Hunian Mewah Miliknya

Menurutnya, hal ini hendaknya menjadi pelajaran yang berharga bagi daerah-daerah lain.

"Tanpa adanya kerja sama antara masyarakat dan pemangku kepentingan, tentu keinginan kita untuk mencegah terjadinya pelambatan dan mencegah terjadinya penularan Covid-19 ini akan sulit," pungkas dia.

Sementara itu, Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr. Joni Wahyuhadi menyebut warna hitam memang menunjukkan tingginya kasus Covid-19 di daerah tersebut.

"Semakin banyak catatan kasusnya, warna di peta sebaran akan semakin pekat hingga berwarna hitam," ujar Joni, Selasa (2/6/2020).

Namun demikian, meski kasus di Surabaya cukup tinggi, upaya penanganan kasus Covid-19 di Surabaya ini justru mendapat pujian.

 Baca Juga: Diamuk Warga hingga Bersimbah Darah, Seorang Ayah di Nusa Tenggara Barat Dikeroyok Massa Setelah Ketahuan Berkali-kali Cabuli Anak Kandungnya!

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo menyebut, tingginya temuan kasus di Surabaya ini merupakan buah tracing yang dilakukan serius.

Doni mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sudah melakukan langkah-langkah yang sangat baik.

Pemkot Surabaya melakukan pengambilan sampel di berbagai lingkungan masyarakat.

"Tentunya tak mudah untuk mendapatkan informasi daerah yang kawasannya banyak yang positif. Ini langkah yang strategis dan sangat cerdas," kata Doni, Selasa (2/6/2020).

(*)