Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Sejumlah pasien Covid-19 yang dikarantina di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Haji Boejasin Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan ngamuk.
Pasien covid-19 yang ada di sana dikabarkan melakukan protes dan mendesak pihak rumah sakit agar segera memulangkannya.
Hal ini dikarenakan pasien merasa sudah terlalu lama menjalani proses karantina.
Mengutip dari Kompas pada Sabtu (6/6/2020), sejumlah pasien di sana ngamuk agar segera di pulangkan.
"Kami punya tanggungan di rumah, siapa memberi makan mereka, sudah terlalu lama kami dikurung di sini," teriak salah satu pasien saat dialek Banjar.
Dalam melayangkan protes tersebut, mereka juga meminta Bupati untuk datang menemuinya.
"Mana Bupati, pangil ke sini," teriak seorang pasien.
Akhirnya Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Tanah Laut Antonius Jaka mengatakan, pasien yang mengamuk terpaksa karantina karena hasil rapid test masih menunjukan reaktif.
Antonius Jaka mengatakan akan segera memulangkan pasien jika hasil hasil swab mereka sudah negatif.
"Kami bisa saja memulangkan mereka, terpenting adalah mereka harus sudah negatif Covid-19. Sebelum, ada hasil swab, kami tidak bisa memulangkan mereka," jelasnya.
Meski pasien sempat mengamuk, namun kini sudah kembali kondusif.
Para pasien tersebut bersedia memahami setelah dilakukan dialog dan diberikan penjelasan.
"Kami sudah jelaskan masalah yang jadi tuntutan mereka. Syukurnya mereka semua memahami," pungkasnya.
Sementara itu melansir dari Surya Malang, pria bernama M Rosidi berusia 49 tahun juga melakukan aksi protes.
Di RSUD Umar Masud, Rosidi melayangkan pukulan dan tendangan terhadap petugas medis.
Hal itu dikarenakan Rosidi tak mendapatkan kesempatan repid test, sementara ia telah menunggu sejak pagi.
Dr Tony S Hartanto selaku Direktur RSUD Umar Masud Bawean, akhirnya buka suara terhadap kasus tersebut.
Tony mengatakan, warga bernama Rosidi itu mulanya datang untuk melakukan repid test.
Tersangka mengaku datang untuk melakukan repied test agar bisa mendatangi wisuda anaknya yang berada di Surabaya.
Hanya saja alat yang disediakan rumah sakit habis, sebab di sana hanya disediakan 10 repied test setiap harinya.
(*)