Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Menjadi seorang perawat ataupun pekerja medis lain adalah tanggung jawab yang tak main-main.
Ditunjuk menjadi salah satu perawat pasien covid-19 sempat membuat Melda Kartika ketakutan.
Namun, dirinya juga tak bisa melakukan penolakan lantaran telah mengemban sumpah profesi.
Setiap kali menjalankan kewajiban, Melda tak memungkiri sempat dihantui rasa takut.
Bahkan rasa ketakutan dan kemasannya acap kali muncul saat menangani pasien covid-19.
Mengutip dari Kompas pada Rabu (10/6/2020), Melda mengaku semakin dibuat cemas saat menerima kabar tenaga medis berguguran lantaran tertular covid-19.
“Awalnya sempat cemas, banyak takutnya, apalagi saat melihat banyak perawat yang meninggal karena merawat pasien positif Covid-19,” ujarnya.
Rasa khawatir Melda seiring berjalannya waktu akhirnya menghilang.
Terlebih jika ia mengingat bahwa profesinya adalah tugas yang mulia.
"Kita turun merawat dengan niat yang baik. Rumah sakit menyediakan APD lengkap."
"Jadi ibarat perang, peralatan kita sudah lengkap, makanya jadi agak enjoy,” tutur Melda.
Sebagai manusia biasa, kecemasan Melda acap kali kembali menghampiri.
Bahkan Melda mengaku sering dihantui tidak bisa kembali pulang dengan keadaan yang masih bernyawa.
"Saat akan packing barang mau berangkat, maka muncullah pikiran, bisa pulang hidup enggak ya?" ujarnya.
Melda tak menampik apabila dirinya sering menangis setiap kali ketakutan itu muncul kembali.
"Saya sempat menangis, namun harus dikuatkan, karena tidak ingin tampak dengan keluarga yang lain."
"Kecemasan kembali muncul saat mau masuk dan membuka pintu kamar pasien untuk pertama kalinya. Pertanyaan bisa pulang atau enggak kembali muncul dalam kepala,” jelasnya.
Namun setelah Dinas berkali-kali, kini Melda telah terbiasa dan mulai menikmati tugasnya seperti sebelum adanya covid-19.
Melda kembali bercerita menjadi perawat covid-19 tak hanya diuji mentalnya saja.
Namun, ia harus berhadapan dengan banyak pasien yang akhir-akhir ini mulai tidak nurut.
Namun setiap kali menemukan perawat yang tidak mudah untuk diatur, Melda selalu mengingat tengah merawat keluarganya.
Sehingga Melda kembali memulihkan kesabaran dan bisa memusatkan perhatian untuk pasien-pasien di sana.
"Pasien yang sakit itu tidak hanya penyakitnya saja, namun psikisnya juga."
"Saya juga memperlakukan pasien tersebut seperti keluarga sendiri, seperti menyuapi mereka makan, menemaninya ke kamar mandi, dan lainnya,”ujarnya.
Semetara itu melansir dari Tribunnews, rasa khawatir juga dirasakan oleh perawat bernama Samuel Salen.
Meskipun sudah menggunakan APD lengkap, Samuel tak memungkiri rasa khawatir selalu datang dan merasa takut tertular.
"Kita ketemu langsung dengan orang positif, pasti itu ada rasa takut, khawatir. Tapi ini panggilan profesi saya, bekerja untuk merawat orang yang sakit," tuturnya.
(*)