"Nah, apabila sebuah rumah tangga dibentuk dengan kondisi seperti itu, hasilnya ia akan membentuk anak-anak yang memiliki empati kepada orang lain," papar sang psikolog.
Hal ini juga berlaku dalam mendidik anak korban perceraian yang biasanya mudah terjerumus ke dalam hal yang negatif.
"Kepedulian ini harus dibangun. Apabila anak-anak ini adalah korban perceraian, bisa nggak dirubah? Bisa," pungkas Poppy.
"Ini adalah contoh kesuksesan dari perceraian yang menghasilkan sesuatu yang indah," tambahnya.
Jika anak korban perceraian atau broken home, anak akan cenderung mudah untuk terpapar hal negatif.
Namun hal ini tidak berlaku bagi Aurel dan Azriel.
"Berbeda ya, bukan perceraian itu menyakitkan. Tetapi perceraian itu menghasilkan sesuatu yang indah," paparnya.
"Karena ia memiliki keluarga baru yang bahagia," tegas Poppy.
(*)