Find Us On Social Media :

Padahal Miskin dan Tinggal di Kawasan Kumuh, Tapi Komunitas Ini Rela Habiskan Uangnya Demi Pakai Pakaian Branded, Alasannya?

By Tatik Ariyani, Senin, 15 Juni 2020 | 20:46 WIB

Orang-orang Sapeur memamerkan penampilannya.

Grid.ID -  Ada sebuah komunitas yang gaya hidupnya bisa dideskripsikan sebagai Besar pasak daripada tiang.

Mereka dikenal sebagi Sapeur, La Sape, atau Sapology,  Societe des Ambianceurs et des Personnes Elegantes (Society of Tastemakers dan Elegant People)yang berbasis di kawasan kumuh Republik Kongo, di kota Brazzaville.

Mereka berkumpul di jalan-jalan dengan mengenakan pakaian branded, memakai tongkat, dan merokok cerutu.

Pakaian yang mereka kenakan berwarna-warni, bahkan sekelas dengan orang-orang kelas atas seperti Guci, Luis Vuitton, Balenciaga, dll.

Baca Juga: Untuk Menjadi Dewi Kumari yang Disembah Masyarakat Biasa hingga Presiden, Seorang Gadis Muda Haruslah Tak Pernah Kehilangan Setetes Darahpun dari Tubuhnya

Fenomena ini mengejutkan, mereka yang mengidolakan gaya fashion tertinggi ternyata berharap dengan kehidupan yang lebih baik.

Cara hidup pada Sapeur merupakan bagian dari apa yang mereka sebut “ilmu biologi” yang tidak dapat ditegaskan sebagai agama, aliran pemikiran atau gerakan politik.

Praktek sapologi adalah suatu bentuk pelarian, yang oleh banyak pengamat dikatakan memungkinkan mereka untuk melupakan kemiskinan yang melumpuhkan dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Halaman selanjutnya...