Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Tren bersepeda atau gowes terlihat meningkat selama wabah corona.
Hal ini membuat penjualan sepeda juga ikut melonjak.
Misalnya, penjualan sepeda di beberapa gerai Kota Semarang melonjak seiring dengan pandemi Covid-19.
Di antaranya di Gerai Rodalink, dealer resmi Polygon yang terletak di jalan Brigjen Katamso, Semarang.
Sales penjualan di gerai tersebut, Agung mengungkapkan, penjualan sepeda di gerainya kini meningkat drastis hingga 300 persen.
Bahkan kata dia, di gerainya kini sampai melayani pembelian inden lantaran menipisnya stok sepeda Polygon.
"Kebetulan di gerai kami khusus menjual sepeda Polygon. Sejak sebelum lebaran penjualan meningkat hingga tiga kali lipat. Akhirnya kami juga melayani inden karena stok tidak memenuhi terkendala PSBB dan lain-lain," ungkap Agung seperti dikutip Grid.ID dari Tribunjateng.com.
Kemudian di Sragen, toko Sepeda Harapan Jaya salah satunya, penjualan sepeda berbagai jenis bisa mencapai 70 dalam sehari.
"Memang sangat meningkat masyarakat yang beli sepeda bisa dikatakan dua kali lipat dari biasanya.”
"Sehari sebelum ada Pandemi kita hanya menjual 25, kini bisa mencapai 60-70 sepeda," kata Lusiana, pemilik Toko sepeda Harapan Jaya, Selasa (16/6/2020).
Lusi menyampaikan sepeda Polygon yang memang kini menjadi primadona para pembeli.
Namun dirinya juga menjual sepeda dengan merk lain.
Harga yang ditawarkan juga bervariatif mulai dari Rp 1-5 juta.
Dilansir dari Kompas.com, ternyata tren bersepeda dan lonjakan penjualannya bukan cuma terjadi di Indonesia.
Fenomena ini juga terjadi hampir di seluruh dunia gara-gara pandemi.
Di Amerika Serikat, rak-rak penjualan sepeda di swalayan besar seperti Walmart dan Target terlihat kosong.
Toko-toko sepeda juga kebanjiran pembeli yang mencari “sepeda keluarga” yang harganya lebih terjangkau.
Melonjaknya penjualan sepeda dalam dua bulan terakhir ini bahkan disebut yang terbesar di AS sejak krisis minyak tahun 1970.
Tren bersepeda itu juga ditemui di kota-kota yang jalan rayanya sering macet seperti Manila, Filipina, dan Roma, Italia.
Pemerintah setempat bahkan membuat jalur khusus sepeda untuk mengakomodasi peningkatkan pesepeda.
Di London, Inggris, pemerintah kota juga berencana untuk melarang mobil dari beberapa jalan.
Pemilik toko sepeda di Manila mengatakan, permintaan sepeda sangat besar dan telah melebihi masa Natal.
Sementara itu, meledaknya penjualan sepeda di Italia juga dipicu oleh pemberian insentif dari pemerintah sampai 60 persen dari harga sepeda.
Sayangnya, tak gampang mendapatkan sepeda belakangan ini.
Ada beberapa alasan mengapa banyak orang mengikuti tren “gowes” yang diperkirakan dimulai pada bulan April 2020.
Di seluruh dunia, para pekerja mencari alternatif transportasi yang lebih aman dari pada naik bis atau kereta.
Orang juga tidak bisa berolahraga ke gym sehingga mencari aktivitas olahraga lain.
Selain itu, para orangtua juga mencari aktivitas yang bisa dilakukan anak-anaknya selama masa karantina di rumah.
Semua kombinasi ini membuat bersepeda jadi aktivitas yang digandrungi di mana-mana.
Tidak hanya sepeda konvensional, kini konsumen juga mencari sepeda listrik atau disebut dengan e-bikes.
Sepeda yang bisa digowes dengan kaki ini juga memiliki bantuan listrik yang berasal dari beterai.
Salah satu produsen sepeda listrik dari Belanda, VanMoof, mengatakan ada “permintaan tak terbatas” sejak dimulainya pandemi.
Kini konsumen harus menunggu paling cepat 10 minggu sebelum bisa mendapatkan e-bikes.
Lebih lanjut, kenaikan juga terlihat di negara-negara Eropa lain.
Lonjakan penjualan juga dialami Cowboy, pembuat sepeda listrik di Belgia.
Di Inggris dan Perancis, sepeda ini langsung diburu konsumen pada bulan Mei ketika pemerintah mulai melonggarkan pembatasan.
(*)