"Sepedanya saya parkirkan di depan rumah keranjang juga sudah disiapkan. Lalu saya tinggal ke dalam rumah untuk ambil dagangan," jelas Mbah Tomblok berurai air mata.
Saat kembali keluar untuk mempersiapkan dagangan, Mbah Tomblok pun kaget mendapati sepedanya telah raib.
"Saya langsung lemas, sepedanya udah gak ada. Cuma ditinggal keranjang dagangannya aja," jelasnya.
Kehilangan sepeda kesayangan sekaligus alat transportasi yang selalu digunakan untuk mengais rezeki itu, Mbah Tomblok akhirnya mengurai kesedihannya.
Sejak 1982, Mbah Tomblok mengaku telah ditemani sepeda kesayangannya itu.
Bahkan untuk mendapatkan sepeda tersebut, Mbah Tomblok mengaku harus mencicil dari gajinya saat masih bekerja di pabrik tekstil.
"Waktu itu saya beli mencicil tiap bulan Rp 5 ribu, dari hasil gajian menjadi buruh pabrik tekstil di daerah Penggaron. Kalau ditotal harganya kisaran Rp 120 ribu beli di Barito," jelasnya.
Meskipun sepeda butut, Mbah Tomblok pun mengakui bahwa itu adalah salah satu harta yang berharga dan memiliki banyak kenangan.
Kini sejak kehilangan sepeda Mbah Tomblok mengaku sudah tidak bisa berjualan seperti sebelumnya.