Di usianya yang sudah senja itu, kakek Muchtar juga memiliki kerentanan fisik.
Kakek Muchtar mengaku memiliki penyakit osteoporosis sejak 7 bulan terakhir.
"Saya sakit juga, saya sudah penyakit tulang keropos. Kalau tidak pakai penyangga tidak bisa. Ini saja sudah satu juta biayanya. Untuk berobat ke RS Setia Budi, ongkos becak lagi," ujarnya.
Sementara itu, ia juga mengakui bahwa dirinya selalu menjalani pengobatan rutin setiap bulan.
Dengan grobak sederhana itu, setiap hari ia selalu mengandalkan arang sebagai bahan bakarnya dan mengais rejeki.
"Lebih enak pakai arang. Kalau pakai gas kurang suka karena panasnya instan. Kalau pakai arang lebih khas dia. Ini saja sudah terasa aromanya," tuturnya
Selanjutnya kakek Muchtar mengaku menjual satu porsi martabaknya dengan harga 12 ribu.
Dalam satu hari ia mengaku harus bisa menghabiskan sekitar 15 hingga 30 porsi agar memenuhi kebutuhan pengobatan dirinya dan sang istri.
Namun untuk mencapai target tersebut, kakek Muchtar harus menjajakan dagangannya hingga pusat kota.
Hanya saja untuk mencapai pusat kota, tak jarang fisik kakek Muchtar merasa kewalahan.