Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Terdapat beragam jenis jamur di dunia yang kerap menjadi bahan masakan, salah satunya jamur enoki yang juga dapat ditemukan di Indonesia.
Jamur ini merupakan jamur pangan dengan tubuh buah hasil budidaya berbentuk panjang-panjang berwarna putih.
Jamur enoki juga dikenal juga sebagai jamur tauge, jamur musim dingin, atau jamur jarum emas.
Namun, baru-baru ini jamur enoki dikaitkan dengan munculnya wabah listeria.
Listeria adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Listeria Monocytogenes.
Bakteri Listeria Monocytogenes merupakan salah satu bakteri yang tersebar luas di lingkungan pertanian baik di tanah, tanaman, silase, fekal, limbah, dan air.
Baca Juga: Menu Buka Puasa Ramadhan 2020: Tumis Caisim Jamur Merang untuk Menu Pelengkap Praktis Anti Ribet
Karakter bakteri ini adalah tahan terhadap suhu dingin sehingga mempunyai potensi kontaminasi silang terhadap pangan lain yang siap dikonsumsi dalam penyimpanan.
Dikutip Grid.ID dari Kompas.com, orang yang terkena listeria biasanya usai menyantap makanan yang telah terkontaminasi kuman tersebut.
Penyakit ini terutama menyerang perempuan hamil, bayi baru lahir, orang tua berusia 65 tahun ke atas, dan orang yang punya sistem kekebalan tubuh lemah.
Lebih lanjut, pada Maret 2020, Ministry of Food and Drug Safety Korea Selatan menemukan Listeria monocytogenes pada jamur enoki produksi dua perusahaan asal Negeri Ginseng itu.
Selain itu, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat juga menarik produksi jamur enoki dari dua perusahaan tersebut setelah melakukan penelitian dan ditemukan adanya Listeria monocytogenes.
Baca Juga: 2 Bulan Tak Diduduki Pengunjung karena Lockdown, Kursi-kursi Bioskop di Malaysia Berjamur!
Jamur enoki banyak dibudidayakan di Jepang, Korea, dan China.
Kemudian dijadikan bahan masakan dan obat tradisional.
Asal-usul Jamur Enoki
Enoki adalah jamur berbentuk cenderung kecil, batangnya tebal dipenuhi banyak topi jamur.
Jamur enoki punya beragam sebutan, di antaranya enokitake, velvet foot, golden needle, lily mushroom, enoko-take, jingu (di China), nam kim cham (Vietnam), dan paengi beoseot (Korea).
Jamur enoki ada yang dibudidayakan maupun tumbuh di alam liar.
Enoki sudah tumbuh di alam liar sejak 800 SM, terutama di kawasan Asia Timur dan Amerika Utara.
Biasanya tumbuh berkelompok pada batang pohon, seperti pohon hackberry China, kesemek, dan mulberry.
Sementara itu, Jepang adalah yang pertama kali membudidayakan jamur enoki yang kini menjadi populer di berbagai negara.
Jamur budidaya ini biasanya tumbuh di lingkungan gelap yang kaya akan karbon dioksida, supaya batangnya berbentuk panjang, tipis, dan putih.
Jamur enoki dipakai pada masakan Asia, seperti Jepang, Korea, dan China.
Enoki yang biasanya digunakan untuk bahan masakan adalah yang dibudidayakan, bukan yang tumbuh di alam liar.
Di Indonesia sediri, jamur ini kerap disajikan sebagai campuran masakan berkuah, tumis, bahkan goreng.
Misalnya sajian brokoli kuah miso, miso soup, tumis jamur enoki, enoki goreng keju, dan sebagainya.
Di China, jamur ini dipercaya mampu mengurangi gejala penyakit yang berhubungan dengan masalah usus, tekanan darah, dan hati.
Sementara itu di Jepang, jamur ini biasanya dibekukan layaknya es lalu digunakan untuk campuran teh, sup, dan kari.
Jamur ini juga merupakan bahan utama nametake, kondimen yang biasa digunakan sebagai bumbu sup, pasta, masakan yang ditumis, dan nasi.
(*)