Find Us On Social Media :

Awas Ikut-ikutan Tren Bersepeda Sampai Ngos-ngosan, Ada Bahaya Ini yang Mengacam Tubuh Hanya dalam Hitungan Menit!

By Devi Agustiana, Jumat, 26 Juni 2020 | 05:35 WIB

Ilustrasi, Bersepeda saat new normal.

Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana

Grid.ID – Pengguna sepeda di Tanah Air, khususnya di kota-kota besar terlihat semakin banyak seiring dengan pemberlakuan era new normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), yang mengharuskan setiap orang rajin olahraga.

Bersepeda juga rupanya menjadi salah satu pilihan olahraga dan transportasi paling diminati sejak pandemi Covid-19 mewabah di seluruh dunia.

Hal itu tampak dari larisnya penjualan sepeda di sejumlah toko di Indonesia.

Baca Juga: 2 Jam Mancing Bukannya Dapat Ikan, Warga Sumedang Malah Temukan Anak Buaya Seberat 7 Kilo Nyangkut di Kailnya!

Sejak diberlakukannya cara hidup new normal yang mengimbau orang agar menjaga jarak, banyak orang beralih ke transportasi seperti sepeda, yang memungkinkan mereka tidak terlalu berdekatan dengan orang lain.

Maka toko-toko sepeda pun kembali didatangi pembeli, seperti saat bersepeda menjadi tren beberapa tahun lalu.

Menurut Azan Laganan, owner Formula Bike, semakin banyak orang yang berbelanja sepeda di toko miliknya yang berada di Jl. Ir. H. Juanda No. 10, Cipayung, Ciputat, Tangerang Selatan.

"Iya betul. Penjualan sepeda lagi naik pesat akhir-akhir ini," kata Azan.

Baca Juga: Gaya Hidup Kajol Dibongkar Suami, Dulu Senang ke Pasar Kini Ketagihan Belanja Online: Setiap Hari Ada Kiriman 7 Paket!

Azan menambahkan, peningkatan pembelian sepeda mencapai hampir 100 persen dibandingkan dengan masa sebelum pandemi.

"Bukan hanya membeli sepeda, tapi juga ada beberapa konsumen datang untuk kebutuhan servis sepeda yang sudah mereka simpan lama," ujarnya.

"Kami sampai kewalahan, karena orang yang membeli sepeda juga terus bertambah karena virus corona," katanya.

Diberitakan TribunJabar.id, mengenai merek sepeda yang sedang naik daun diantaranya Polygon, Pasific, United.

Semua merek tersebut tersedia mulai dari harga Rp 1 jutaan.

Baca Juga: Putus dari Selebgram Azel, Rizky Febian: Kalo Jodoh Pasti Bertemu Lagi!

Nah, ketika asyik menggowes, jangan lupa perhatikan keadaan tubuh.

Tren bersepeda di kota-kota besar Indonesia ini diiringi kabar tidak mengenakkan.

Sejumlah orang meninggal saat atau setelah bersepeda.

Seperti yang dialami Didik Hari Prasetyo (53).

Baca Juga: Pilih Jadi Janda Urus 2 Anak Usai Suami Tak Sanggup Lagi Beri Nafkah Lahir Batin, Istri Zumi Zola Pernah Sesumbar Ngaku Tajir Dari Lahir!

Lelaki itu meninggal karena serangan jantung saat bersepeda di Jalan Raya Cimatis Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampura, Bekasi, Minggu (21/6/2020).

Di hari yang sama, seorang pensiunan guru warga Tasikmalaya, Lili Sumarli (64), ditemukan meninggal tergeletak dekat sepedanya.

Lili diduga kelelahan berolahraga hingga akhirnya meninggal.

Selain dua kasus tersebut, ada beberapa kasus serupa lainnya.

Dokter spesialis jantung RS Siloam Karawaci, Vito Anggarino Damay mengatakan, tidak ada yang salah dengan bersepeda.

Baca Juga: Konfirmasi Pendaftaran Wajib Militer, Park Bo Gum Akan Bertugas di Angkatan Laut

Malah jenis olahraga ini dianjurkan untuk orang berusia di atas 40 tahun, karena baik untuk sendi.

“Namun yang jadi lupa, ada orang yang tidak biasa bersepeda, mau ngikutin kecepatan yang biasa pake sepeda. Ini tidak dianjurkan,” jelas Vito, Rabu (24/6/2020).

"Sulit menilai kondisi seseorang secara obyektif tanpa hasil medical check up,” tutur dia.

Namun, ada tanda yang bisa dijadikan alarm saat melakukan olahraga, yakni jangan sepelekan gejala ngos-ngosan.

“Biasanya ada ucapan begini, dulu saya bisa tapi kok sekarang enggak. Atau ucapan, saya sekarang mudah ngos-ngosan,” kata dia.

Baca Juga: Sebut Krisdayanti Cuma Kambing Hitam di Tengah Perseteruan Aurel dan Raul Lemos, Pakar Mikro Ekspresi Justru Ungkap Andil Besar sang Diva untuk Satukan 2 Keluarga: Bebannya KD Paling Berat!

Tanda-tanda ini bagi sebagian orang dianggap sepele.

Seperti, karena alasan baru olahraga kembali.

Padahal, bisa jadi itu tanda tubuh mengalami sesuatu. Untuk menghindari serangan jantung saat berolahraga, tidak ada pilihan lain selain melakukan medical check up.

Vito mengungkapkan, medical check up memang tidak menjamin seseorang terlepas dari risiko serangan jantung.

Namun 80 persen bisa mencegah.

Baca Juga: Peninsula, Sekuel Lanjutan dari Film Train To Busan Ini akan Tayang Mulai Tanggal 15 Juli Besok! Nggak Sabar?

Indikasi Serangan Jantung

Vito menjelaskan, orang yang terkena serangan jantung biasanya sakit dada seperti ditekan benda berat.

Rasa sakit itu bisa menyebar ke tangan sebelah kiri seperti kebas dan keram, sampai menjalar ke punggung.

Biasanya disertai dengan keringat dingin.

Namun, ada pula orang yang tidak merasakan gejala tersebut saat mengalami serangan jantung.

Sebab, ada orang yang hanya mengalami sesak nafas saja.

“Kalau kita sedang olahraga dan merasakan sakit dada, sesak nafas yang berat, keringat dingin dan ingin pingsan, itu tanda ada sesuatu yang enggak beres,” ungkap dia.

Baca Juga: Ayu Ting Ting Makin Sadar dengan Keberadaan Ivan Gunawan dalam Hidupnya, Sang Desainer Kondang Gercep Beli Seserahan Berharga Fantastis, Doa Bilqis Segera Terkabul?

Dalam keadaan seperti itu harus segera mencari pertolongan medis, tidak bisa ditunda-tunda lagi.

"Bila orang tersebut pingsan, rabalah nadinya, kemudian lakukan CPR," kata Vito.

“Bersepedalah di tempat datar dengan intensitas ringan hingga sedang. Olahraga yang sehat itu, ringan tapi lama. Seperti bersepeda santai atau jalan kaki selama satu jam,” kata Ketua Pusat Penelitian Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof A Purba.

Purba menggambarkan rumus sederhana olahraga sehat, yakni, orang tersebut masih dapat berbicara dengan baik bersama teman di sekitarnya saat berolahraga.

"Tidak ngos-ngosan," tandasnya.

(*)