Grid.ID – Kabar mengejutkan datang dari sebuah dusun di pelosok Jawa Tengah, yakni Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang.
Pasalnya, seorang warganya bernama Suroto mengundang perhatian publik lantaran hanya sanggup tergolek di tempat tidurnya selama 10 tahun belakangan.
Keadaan Suroto semakin membuat siapapun yang melihatnya mengelus dada lantaran ia kini tertidur di kamarnya yang jauh dari kata mewah karena tepat bersebelahan dengan dapur.
Baca Juga: Gegara Rokok Tertukar, Pria di Jambi Tega Bacok Teman Setongkrongan hingga Meregang Nyawa!
Siapa menyangka, di balik keadaan Suroto yang memprihatinkan ini, ia disebut-sebut tak memiliki riwayat penyakit tertentu.
Seperti terungkap dalam penuturan Sukanti (75), ibu Suroto yang dilansir Kompas.com.
"Saya tidak tahu bagaimana mulanya, tiba-tiba dia sudah tiduran dan tidak pernah bangun. Selain itu, dia juga tidak pernah berbicara lagi," terangnya dalam Bahasa Jawa, Jumat (3/7/2020) saat ditemui di rumahnya.
Sukanti mengatakan selama tiduran tersebut, Suroto juga jarang membuka mata meski sesekali menatap atap rumahnya dan kemudian memejamkan mata lagi.
"Makannya juga jarang-jarang, tiga sampai empat hari sekali baru makan. Itu paling satu piring tidak habis," jelasnya.
Menurutnya, dia juga tidak pernah melihat Suroto ke kamar mandi.
Pernah dia seperti mendengar anaknya yang berusia sekitar 40 tahun tersebut berjalan ke kamar mandi, tapi saat ditengok, Suroto sudah berada di tempat tidurnya.
Dia mengaku tidak tahu harus cara untuk merawat atau menyembuhkan anaknya.
Beberapa kali perangkat desa menengok dan memberi bantuan, namun Suroto tetap tidak pernah beranjak dari tempat tidurnya.
Sukanti hanya berharap, di masa tuanya anak laki-lakinya tersebut dapat beraktivitas secara normal kembali.
Sementara Sujono, tetangga Sukanti mengatakan, Suroto tiduran dalam waktu lama ini sudah dua kali.
Pertama sekitar tahun 1993, saat itu dia tiduran selama sekira dua tahun.
"Kemudian dia ikut bekerja saudara saya di Bandung pada 1996. Namun selama tiga bulan di Bandung, Suroto setiap malam selalu pergi," paparnya.
Dia mengenang Suroto sebagai seorang yang rajin meski bekerja sebagai buruh tani.
Uang dari hasilnya bekerja dititipkan ke ibunya untuk dibelikan sepeda motor.
Baca Juga: Kementrian PPPA Terapkan Protokol Kesehatan untuk Anak Disabilitas di Era New Normal
Namun karena desakan ekonomi, uang tersebut dipakai ibunya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari hingga membuat Suroto dan kemudian terlibat masalah kriminal.
"Setelah keluar dari penjara itu dia sempat bertingkah aneh. Pernah ratusan bambu dijadikan tiang pancang mengelilingi rumahnya," kata Sujono.
Setelah kejadian tersebut, Suroto sempat beberapa kali mengamuk, namun tak berlangsung lama hingga saat masa erupsi Gunung Merapi ia tiba-tiba tiduran lagi.
"Matanya selalu tertutup, kalau secara fisik dia sehat. Kalau ada orang asing dia menutup muka dengan sarung atau tikar," jelas Sujono.
Selama 10 tahun tersebut, Suroto tidur beralas galar atau bambu yang ditata dan dilengkapi tikar.
Dia tidak memakai bantal karena rambutnya yang gembel sepunggung, dijadikan alas kepala.
Sementara Ardian Kurniawan Santoso dari Masyarakat Relawan Indonesia-Aksi Cepat Tanggap (MRI- ACT) Salatiga, mengatakan setelah memotong rambut dan kuku Suroto, lalu dikenakan pakaian pantas pakai.
"Tadi juga dimandikan agar lebih segar. Tapi saat ini memang belum bisa berkomunikasi," ungkapnya.
Saat pertama bertemu Suroto, lanjutnya, lelaki tersebut meneteskan air mata.
"Seperti mau berbicara tapi tertahan. Nanti secara perlahan diajak berkomunikasi dan dirawat, agar bisa kembali normal," kata Ardian.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Suroto, 10 Tahun Tiduran, Mata Terpejam dan Makan Tiga Hari Sekali
(*)