Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Baru-baru ini warga di Desa Mompang Julu, Mandailing Natal ( Madina), Sumatera Utara, tengah menyedot perhatian publik.
Pasalnya, warga Desa Mompang Julu, telah melakukan bentrok hingga memicu kericuhan.
Ratusan warga di Desa Mompang Julu, bahkan memblokade Jalan Nasional yang menghubungkan Sumatra Utara ke Sumatera Barat.
Mereka bahkan membakar dua unit mobil dan melakukan pelemparan pada petugas keamanan.
Baca Juga: Gegara Rokok Tertukar, Pria di Jambi Tega Bacok Teman Setongkrongan hingga Meregang Nyawa!
Akibat peristiwa tersebut, sejumlah petugas dan polisi yang mengamankan kejadian mengalami luka-luka.
Melansir dari Kompas pada Sabtu (4/7/2020), bentrok ini rupanya dipicu dari pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diberikan pemerintah.
Mulanya warga memprotes kepala desa setempat yang diduga telah melakukan tindak korupsi.
Kecurigaan warga dimulai saat pembagian BLT dinilai tak sesuai.
"Kenapa bantuan yang seharusnya diberikan Rp 600.000 per kepala keluarga, namun yang didapat hanya Rp 200.000?" ungkap Awaluddin, salah seorang warga.
Atas hal tersebut mereka menuntut agar kepala desa segera dicopot dari jabatannya.
Namun, sebelum dilakukan warga meminta agar Bupati Medina Dahlan Hasan Nasution dan kepala Desa didatangkan di hadapannya.
Aksi yang berujung ricuh itu akhirnya dapat dibubarkan setelah polisi membawa unit mobil water cannon.
Hingga akhirnya, Camat Panyabungan Utara Ridho Pahlevi menyampaikan dalam pernyataan tertulis dari kepala desa.
Mengetahui kejadian tersebut, Kepala desa menyatakan bersedia mundur dari jabatannya.
"Demikian surat pernyataan kepala desa yang sudah bersedia untuk mengundurkan diri yang saya bacakan. Dan kami meminta kepada warga untuk membuka jalan demi kenyamanan kita bersama," ungkap Camat.
Namun kerusuhan kembali terjadi, saat ada beberapa warga diamankan oleh pihak kepolisian.
Baca Juga: Kementrian PPPA Terapkan Protokol Kesehatan untuk Anak Disabilitas di Era New Normal
Mereka kembali menuntut agar warganya dilepaskan dan tidak mempolisikan kejadian tersebut.
Sementara itu Kasat Reskrim Polres Madina AKP Azwar Anas, membenarkan adanya warga yang ditangkap.
"Ada tiga orang warga yang kita amankan, dan itu yang menyebabkan warga kembali memblokade jalan," kata Kasat Reskrim Polres Madina AKP Azwar Anas.
Menurutnya warga mendesak supaya proses hukum tak dilanjutkan.
Namun, Azwar mengatakan bahwa permintaan warga tersebut tidak bisa dipenuhi.
"Tetap harus kita proses hukum dan tidak mungkin kita biarkan. Bisa-bisa nanti efeknya lebih besar lagi," tutur dia.
Setelah ricuh diamankan dan polres Madina bersama Tim Inafis, serta Ditreskrimum Polda Sumatera Utara melakukan penyisiran.
Namun, mereka tak menemukan masyarakat laki-laki yang ada di desa tersebut.
"Penyisiran untuk kepentingan penyidikan serta inventarisasi apa saja kerusakan yang terjadi pasca bentrokan," kata Kaur Humas Polres Madina Bripka Yogi.
"Ini kami bersama Pak Kapolres Madina, Wadir Krimum Polda Sumut, dan Brimob sedang turun ke lokasi dan melakukan penyisiran. Dan kami tidak ada menemukan satupun laki-laki di kampung ini," imbuhnya.
Setelah terus menyisir, polisi akhirnya mengamankan delapan laki-laki dewasa.
"Delapan orang kita amankan saat sedang bersembunyi di semak-semak, dan sudah kita bawa ke Mapolres," tutur dia.
Dengan demikian, saat ini ada 11 warga yang telah diamankan oleh polisi.
Sementara itu melansir dari Tribunnews, BLT berujung duel juga terjadi di Dusun Tomantang, Desa Bonto Sinala, Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.
Warga bernama Andi Asdar (43) dikabarkan tewas setelah ditikam Anwar yang tengah membela istrinya.
Asdar tewas di ujung badik tetangganya pada Minggu (24/5/2020) malam.
"Keluarga tidak mau mengubur jenazah Asdar sebelum Marlena juga ditangkap polisi," kata adik ipar Asdar bernama Mahmud.
(*)