Laporan Wartawan Grid.ID, Maria Novika Diah Siswari
Grid.ID - Beberapa waktu lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Makarim menyinggung soal sistem pembelajaran jarak jauh.
Dikabarkan Nadiem Makarim mengungkapkan bahwa pembelajaran jarak jauh bisa diterapkan permanen setelah pandemi covid-19 selesai.
Menurutnya, kebijakan ini juga dilakukan untuk menjaga para siswa dari penyebaran virus corona yang kini semakin meningkat.
"Pembelajaran jarak jauh, ini akan menjadi permanen. Bukan pembelajaran jarak jauh pure saja, tapi hybrid model. Adaptasi teknologi itu pasti tidak akan kembali lagi," kata Nadiem dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR, seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (3/7/2020).
Rencana ini tentu menuai beragam reaksi dari seluruh masyarakat Tanah Air.
Ada pihak yang mendukung wacana ini dengan mempertimbangkan modernisasi sistem pendidikan Indonesia.
Namun tak sedikit juga yang menentang ini karena dinilai tidak relevan dengan keadaan masyarakat yang berada tersebar di pelosok wilayah.
Selain kendala sinyal, sarana untuk belajar seperti gadget seperti komputer, smartphone, atau sarana lain juga tidak familiar dengan masyarakat.
Artis cilik yang kini telah terjun di bidang politik, Tina Toon adalah salah satu dari pihak yang kontra dengan rencana Nadiem.
Baca Juga: Kecewa Jakarta Jadi Langganan Banjir, Tina Toon: Ini Jadi Evaluasi Besar untuk Pemprov!
Melalui unggahan Instagram Story miliknya pada Sabtu (4/7/2020), Tina menunjukan protesnya dengan rencana Mendikbud.
Dalam unggahan Instagram Story tersebut, Tina nampak mengunggah foto tangkapan layar portal berita.
Berita tersebut menuliskan bahwa Nadiem akan membuat pembelajaran di rumah menjadi permanen bahkan setelah pandemi covid-19 ini selesai.
"Trus smartphone, gadget, dan kuota internetnya semua dibayarin mas menteri?" tulis Tina bersama tangkapan layar tersebut.
Baca Juga: Jadi Anggota DPR, Tina Toon Sidak Pompa Air Kawasan Rumahnya yang Mendadak Jadi Langganan Banjir
"Kan nggak semua masyarakat orang kaya! Kan nggak semua masyarakat melek teknologi kayak di kota besar! Yang di pelosok-pelosok gimana?" sambungnya lagi.
(*)