Dokter menemukan seperempat serviksnya sudah tertutupi kanker dan penyakitnya sudah masuk stadium 2B.
Keputihan terus menerus memang menjadi salah satu gejala kanker serviks.
Gejala lain yang paling sering ditemui adalah keluar darah di luar masa menstruasi, terutama ketika sedang berhubungan seksual.
Baca Juga: Terlalu Lama dan Salah Pakai Celana Dalam Bisa Jadi Pemicu Kanker Serviks?
Ia mengatakan, ketika itu sangat stres sehingga terus mengalami perdarahan.
Dokter lalu memutuskan untuk melakukan radiasi untuk menghentikan perdarahannya.
"Saya diradiasi 5 kali dan menunggu dua bulan untuk radiasi berikutnya. Pada masa tunggu itu saya diminta kemoterapi supaya tidak kecolongan dengan penyebaran kanker," paparnya.
Baca Juga: Perangi Kanker Serviks, Cinta Laura Suntik Vaksin Hingga 3 Kali!
Sejak awal pengobatan, Endang sudah mendapatkan transfusi sebanyak 59 kantong darah.
Ia pun berjuang menghadapi rasa nyeri pada organ serviksnya dan juga efek samping pengobatan.
Berdasarkan data Global Burden of Cancer Study (Globocan), kasus baru kanker serviks di Indonesia mencapai 32.469 kasus atau 17,2 persen dari total kanker yang diidap perempuan di Indonesia.
Baca Juga: Hari Perempuan Internasional, Prilly Latuconsina Kampanyekan Vaksinasi Kanker Serviks
Angka kematiannya mencapai 18.279 per tahun atau 50 perempuan per hari.
Angka itu meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2016 dengan 26 perempuan meninggal setiap hari.
Diwartakan Tribun Cirebon, adapun tanda-tanda keputihan abnormal yang perlu diwaspadai:
- Berbau tidak sedap (misalnya bau busuk atau amis) dan menyengat.
- Jumlahnya meningkat secara tiba-tiba tidak seperti biasanya.
- Berwarna kuning, kehijauan, atau keabu-abuan dengan tekstur kental. Terkadang keputihan abnormal juga bisa memiliki tekstur yang menggumpal.
- Keluar darah dan nyeri setiap berhubungan seks atau di luar waktu menstruasi.
- Vagina terasa gatal atau nyeri.
- Vulva dan vagina tampak kemerahan dan bengkak.
- Kadang keputihan yang tidak normal juga dapat membuat wanita merasakan nyeri panggul dan nyeri atau perih ketika buang air kecil (anyang-anyangan).
Terdapat beberapa cara untuk menghindari mengurangi risiko keputihan abnormal.
Berikut cara mencegah keputihan abnormal:
- Gunakan celana dalam berbahan katun, karena dapat menyerap keringat dan menjaga kelembapan area kewanitaan.
- Bersihkan area dengan menggunakan air hangat dan sabun yang berbahan lembut. Setelah itu, keringkan vagina dari arah vagina menuju anus untuk menghindari perpindahan bakteri dari anus ke vagina.
- Hindari menggunakan celana yang terlalu ketat.
- Hindari menggunakan produk pembersih vagina atau sabun yang mengandung pewangi. Hal ini karena penggunaan produk tersebut dapat membasmi bakteri baik di vagina yang berfungsi untuk melindungi vagina dari infeksi.
- Hindari berendam atau mandi dengan air panas terlalu lama dan sering.
- Segera ganti pakaian dalam atau celana ketika basah, misalnya ketika banyak berkeringat atau setelah berenang.
- Ganti pembalut secara rutin selama menstruasi.
(*)