Find Us On Social Media :

Dendam Kesumat Bertahun-tahun Disimpan, Seorang Anak Tega Tembak Mati Orang Tuanya tapi sang Ayah Masih Hidup dan Jebloskan Putrinya di Penjara

By None, Sabtu, 18 Juli 2020 | 07:02 WIB

Dendam Kesumat Bertahun-tahun Disimpan, Seorang Anak Tega Tembak Mati Orang Tuanya tapi sang Ayah Masih Hidup dan Jebloskan Putrinya di Penjara

Grid.ID - Ingin punya anak yang cerdas dan menjadi kebanggaan keluarga adalah impian setiap keluarga.

Namun, memaksakan anak untuk bisa menjadi orang yang cerdas hingga mampu diandalkan dapat menyebabkan anak merasa tertekan.

Seperti yang dialami seorang anak yang telah lama menyimpan dendam karena dituntut jadi orang cerdas hingga tega menembak mati orang tuanya.

Orang tua memang selalu melakukan berbagai usaha agar anak-anak mereka menjadi pribadi yang mampu bersaing.

Baca Juga: Lockdown di Negara Ini Bukan Dikendalikan Pemerintah, Tapi Oleh Gangster dan Kartel yang Tak Segan Tembak Mati Pelanggar Kebijakan Lockdown

Namun beberapa orangtua terkadang terkesan terlalu memaksakan dan memberikan tekanan berlebihan pada anak-anaknya dalam pendidikan hingga membuat mereka depresi.

Seperti kasus tragis yang dialami gadis belia yang dikenal sangan cerdas yang mengalami depresi sehingga nekat membunuh orangtua sendiri.

Dilansir Elitereaders, sebuah kasus tragis merenggut nyawa orangatua seorang gadis bernama Jennifer Pan. Sang ibu tewas, dan ayahnya nyaris tewas oleh percobaan pembunuhan.

Yang membuat miris, dalang perencanaan pembunuhan ini tak lain adalah Jennifer sendiri. Gadis yang terkenal jenius ini nekat menghabisi nyawa orangtuanya karena depresi dituntut terus menjadi anak berprestasi di sekolah.

Baca Juga: Hendak Melarikan Diri ke Luar Pulau Usai Bunuh Perwira Polisi Secara Membabi Buta, Pelaku Pembunuhan Akhirnya Ditembak Mati Saat Melakukan Perlawanan!

Jennifer Pan dikenal sebagai 'anak emas' di mata orangtuanya.

Ia siswa berprestasi selama menempuh studi di SMA Katolik, dan dengan mudah lulus sebagai sarjana Farmasi dari Universitas Toronto Kanada yang dikenal sebagai kampus favorit.

Orangtua Jennifer adalah pengungsi asal Vietnam, dan di perantauan mereka di Kanada mereka harus bekerja keras sebagai buruh untuk menghidupi dua buah hati mereka.

Inilah alasan kedua orangtua Jennifer memiliki harapan yang sangat tinggi agar putrinya tersebut bisa belajar dengan giat,

Bahkan ia harus berprestasi dalam bidang pendidikan yang ditempuhnya.

Baca Juga: Dulang Keberhasilan Terus, Setelah Tangkap Sosok Penting ISIS di Gurun Sahara, Tentara Perancis Berhasil Tembak Mati Salah Satu Pimpinan Eksekutif Al-Qaeda

Kedua orangtuanya sangat menghargai pendidikan.

Mereka juga orangtua yang disiplin, cenderung keras, bagi Jennifer dan adiknya, Felix.

Jennifer adalah anak istimewa dan menjadi kebanggaan orang tua.Jennifer disiplin mengikuti les piano dan skating, dan menguasai keduanya dengan sangat baik.

Jennifer juga berlatih bela diri dan perenang yang baik. Di luar kegiatan ekstrakulikuler, ia adalah pelajar teladan yang tekun belajar hingga larut malam.

Baca Juga: Anggota Polisinya Tembak Mati Warga Palestina, Israel Harus Rela Lepas 'Wajah Angkuhnya' untuk Meminta Maaf, Ternyata Kondisi Korban Jadi Alasannya

Pesta dan pacaran menjadi hal terlarang di rumahnya. Pendidikan adalah segalanya.

Miris, di balik semua hal mengesankan itu, tersembunyi kebohongan, kebencian, dan dendam yang kemudian menjurus pada tindakan mengerikan yang menghancurkan keluarga dan diri Jennifer: pembunuhan sadis.

Segala harapan orangtuanya ternyata membuat Jennifer merasa tertekan.

Saat di kelas 8, prestasi belajar Jennifer mulai drop. Ia tak lagi antusias belajat, dan nilai mulai anjlok, perlahan kepercayaan dirinya menurun.

Baca Juga: Kim Jong Un Tembak Mati Menteri Pertahanan Korea Utara Hanya karena Alasan Sepele Tertidur saat Acara Resmi

Untuk menutupinya, Jennifer mulai berbohong hingga kebohongan menjadi kebiasaannya.Dan gadis itu pun menjalani kehidupan ganda yang penuh kepalsuan dan penipuan.

Orangtua Jennifer mengira, putrinya adalah murid teladan, pelajar kelas "A". Namun, nyatanya ia hanyalah kelas "B".

Mendapatkan nilai B masih lumayan bagi siswa lain. Namun, di keluarga Jennifer merupakan itu aib.

Untuk menutupinya, Jennifer memalsukan raportnya, menutupi ketidakmampuannya.

Baca Juga: Hanya Karena Tertidur dalam Acara yang Dipimpinnya, Kim Jong Un Tembak Mati Menteri Pertahanannya, Ditembak Pakai 6 Senjata Anti-Serangan Udara!

Meski demikian, nilainya masih lumayan, ia pun diterima di Ryerson University di Toronto.

Namun, tak jadi mendapatkannya, gara-gara gagal dalam mata pelajaran kalkulus di akhir masa studinya.

Tak ingin mengecewakan orangtuanya, perempuan berkacamata itu berpura-pura kuliah.

Ia mengaku akan belajar sains selama 2 tahun di Ryerson University, sebelum melanjutkan kuliah di jurusan farmasi di University of Toronto yang terkemuka.

Baca Juga: Hilang Akal, Takut Telah Terinfeksi Virus Corona, Seorang Pria Nekat Tembak Mati Istrinya, Nasib Sang Suami Juga Tak Kalah Memilukan

Jennifer mengumpulkan buku-buku bekas, berbohong bahwa ia mendapatkan beasiswa sehingga orangtuanya tak curiga mengapa mereka tak pernah dimintai uang untuk membayar kuliah.

Tiap pagi Jennifer pamit kuliah pada orangtuanya. Namun, bukannya menuju kampus, ia pergi ke sebuah perpustakaan.

Tiba saat wisuda, gadis berambut hitam itu kembali ngibul dengan mengatakan, undangan yang dibagikan pada pihak orangtua terbatas.

Gara-gara ketahuan berbohong, orang tua Jennifer semakin bersikap keras.

Baca Juga: Awalnya Hanya Korea Utara, Kini Beberapa Negara Juga Beri Hukuman Tembak Mati Bagi Mereka yang Langgar Kebijakan yang Terkait Virus Corona

Kebohongan itu berjalan lancar, hingga suatu ketika Bich dan Hann curiga dengan perilaku putri mereka.

Keduanya pun menguntit Jennifer yang mengaku bekerja di sebuah rumah sakit.

Saat dusta itu terungkap, tak hanya hati orangtuanya yang hancur.

Jennifer pun makin tertekan. Bich dan Hann makin keras pada putrinya yang kala itu berusia dewasa.

Telepon genggam dilarang, komputer menjadi barang haram, Jennifer pun tak boleh berkencan dengan kekasihnya Daniel Wong.

Baca Juga: Kisah Seorang Peternak yang Terpaksa Tembak Mati 20 Ekor Sapinya Usai Terjadi Peristiwa Memilukan, Tak Punya Pilihan Lain di saat Sapi Lainnya Terancam Kelaparan

Bahkan, odometer atau penunjuk jarak pada mobil selalu dipantau.

Jennifer diperintahkan melanjutkan pendidikannya. Pengawasan ketat pun diberlakukan pada perempuan dewasa itu.

Daniel kemudian memutuskan hubungan. Itu menjadi titik krisis baginya.

Setelah putus, Jennifer dekat dengan pria bernama Andrew Montemayor, teman sekolahnya saat SD.

Ia pun mulai berpikir bagaimana untuk lepas dari segala tekanan.

Baca Juga: Perang Dunia III Trending setelah Amerika Serikat atas Perintah Donald Trump dengan Sengaja Tembak Mati Petinggi Militer Iran di Baghdad, Beginilah Ancaman Mengerikan dari Iran!

Bersama Montemayor dan teman sekamar kekasih barunya itu, Ricardo Duncan, mereka merancang sebuah plot.

Namun, apa yang mereka rancang hanya sekadar rencana hingga hubungan mereka bubar.

Jennifer pun dekat lagi dengan Daniel. Mereka berencana untuk menyewa tukang pukul.

Untuk memberi pelajaran pada "orangtua yang dianggap terlalu mengekang".

Jennifer mendapatkan ponsel baru dari Daniel, juga kontak ke seorang pria bernama Lenford "Homeboy" Crawford yang meminta duit 10 ribu dolar Kanada untuk mengerjai orangtua perempuan itu.

Baca Juga: Dalam Menyambut Tahun Baru, KKB Papua Kembali Tembak Mati Satu Prajurit TNI! Kali Ini Giliran Pimpinan Jefrison Pagawak yang Menghabisi Nyawa Putra Bangsa

Entah bagaimana awalnya, rencana itu menjadi plot pembunuhan. Merasa itu kelewatan, Daniel mundur.

Suatu malam pada tahun 2010, Jennifer memutuskan untuk mengeksekusi rencananya. Kala itu, jarum jam menunjuk ke pukul 22.00. Crawford, Mylvaganam, dan pria ketiga bernama Eric Carty memasuki pintu depan rumah target. Mereka semua membawa senjata.

Bich dan Hann dipaksa turun ke lantai bawah. Kepala mereka ditutupi selimut. Sang ayah, Hann ditembak 2 kali, salah satunya di bagian muka.

Sementara ibunya, Bich ditembak 3 kali di kepala dan tewas seketika. Ajaibnya, Hann selamat dan mengingat semua yang terjadi pada momentum mengerikan itu.

Pada 2014, pengadilan atas kasus tersebut digelar.

Baca Juga: Dikira Babi, Dua Pemburu Tembak Mati Seorang Petani saat Berkebun, Tinggal Lari Mayat Korban dalam Posisi Tertutup Daun

Saat vonis bersalah dijatuhkan, Jennifer tak menunjukkan emosinya. Datar. Namun, saat awak media meninggalkan ruang sidang, ia menangis dan gemetar tak terkendali.

Dengan dakwaan tingkat pertama, Jennifer divonis seumur hidup, tanpa kesempatan mengajukan pembebasan bersyarat selama 25 tahun. Ia berusia 28 tahun saat duduk sebagai pesakitan.

"Dan untuk dakwaan percobaan pembunuhan terhadap ayahnya, ia juga divonis menerima hukuman seumur hidup, yang akan dijalani secara bersamaan." Carty, Mylvaganam, dan Crawford masing-masing menerima hukuman serupa.

Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul: Miris, Gadis Jenius Ini Bunuh Orangtuanya Karena Depresi Dituntut Harus Berprestasi (*)