Para peneliti telah menyiapkan beberapa studi singkat yang dipublikasikan pekan ini melalui jurnal Internal dan Emergency Medicine, sebelum Covid-19 mencengkeram bagian utara Italia pada akhir Februari.
Sebagai dokter yang melakukan praktik, mereka juga harus menunda kelanjutan penelitian itu ketika harus berada di garis depan melawan krisis wabah, merawat para tenaga medis lain yang terjangkit infeksi virus corona di unit perawatan intensif.
"Dari apa yang kami ketahui, Raphael meninggal karena penyakit paru-paru yang sangat mirip dengan virus corona yang kita lihat sekarang," katanya.
Laporan kontemporer tentang kematian seniman itu mengungkapkan penyakit Raphael "bertahan selama 15 hari; Raphael cukup tenang untuk mengatur urusannya, mengakui dosa-dosanya, dan menerima ritual terakhir," ungkap penelitian itu.
Penelitian itu juga mengungkapkan kalau penyakit yang diderita Raphael tergolong akut dan memiliki kronologi demam tinggi.
"Infeksi menular seksual belakangan ini seperti gonore dan sifilis tidak memiliki masa inkubasi. Manifestasi akut dari virus hepatitis tidak dapat diakui tanpa adanya penyakit kuning dan tanda-tanda gagal hati lainnya." Keterangan penelitian itu juga mengungkap tidak ada epidemi tifus atau pun wabah lain yang dilaporkan di Roma kala itu.