Waktu saya lapar saya minta garam untuk mengganjal lapar itu saja tidak dikasih," kata Surani meneteskan air mata.
Tak sampai di situ, Surani disekap di dalam kamar tidur dengan luas hanya 5x4 meter dan tak ada kamar mandi.
Surani mengaku sampai harus buang air kecil di dalam botol, hingga ngeri lantaran diancam akan dibunuh.
"Majikan saya pernah bilang "Saya sengaja mengurung, pengen kamu mati saja kalau saya jengkel nanti kamu saya tusuk pisau" sudah sampai mengancam membunuh juga," katanya.
Namun, Surani bersyukur lantaran saat ia disekap ponselnya tidak disita.
Oleh karenanya, Surani masih bisa menghubungi keluarganya di Sragen untuk minta bantuan.
Tak hanya itu, Surani juga kerap menghubungi pengurus Buruh Migran Indonesia (BMI) Jeddah agar dihubungkan ke Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI).
"Saya hubungi BMI Jeddah, BMI akhirnya menghubungi KJRI, KJRI menelepon polisi Saudi Arabia, dari kepolisian akhirnya menelepon majikan dan anak majikan mengantarkan saya ke kantor polisi," terang Surani.
Saat Surani berada di KJRI, sang majikan memohon maaf dan menginginkannya kembali bekerja namun ditolak.
(*)