Grid.ID - Seorang Tenaga Kerja Wanita alias TKW asal Sragen bernama Surani (45) akhirnya terbebas dari penderitaannya setelah mengalami penyiksaan sang majikan.
Surani merupakan TKW asal Indonesia yang mendapat perlakuan buruk dari majikannya di Arab Saudi.
Padahal, TKW asal Sragen, Jawa Tengah itu telah mengabdi 18 tahun lamanya pada majikan Arab Saudi tersebut.
Melansir dari laman Kompas.com Surani tiba di kampung halamannya, di Dukuh Ngembat, Mojorejo, Karangmalang, Sragen, Jawa Tengah pada Rabu (15/7/2020) pukul 05.30 WIB.
Surani dipulangkan dari Jeddah, Arab Saudi usai adanya laporan penganiayaan yang dialaminya.
"Dia (Surani) sudah bersyukur sampai rumah ketemu orangtuanya," kata Kepala Desa Mojorejo, Suharno seperti dilansir Grid.ID dari laman Kompas.com, pada Sabtu (18/7/2020).
Delapan belas tahun mengabdi pada sang majikan hingga sama sekali tak kembali ke Indonesia, namun Suryani justru mendapat perlakuan buruk dari sang majikan.
Semula, Suryani merupakan pembantu rumah sakit di Jeddah sejak tahun 2002 silam.
Ia sempat pulang ke kampung halamannya pada tahun 2002 selama 3 bulan, hingga akhirnya kembali secara mandiri ke Arab Saudi.
Namun, sejak bulan April 2020, ia disekap dalam kamar hingga gajinya dipangkas 50 persen dari gaji semula 2.000 Riyal Arab Saudi.
Selama disekap, Suyani mengaku kerap pingsan lantaran jarang diberi makan oleh sang majikan.
Perlakuan sang majikan yang bernama Nafisa (58) tiba-tiba berubah menjadi sadis.
"Dua bulan terakhir saya disekap majikan saya dengan alasan saya pernah nguping pembicaraan mereka padahal saya tidak pernah."
"Kesalahan lainnya, saya pernah bilang ke anak majikan kalo ibu kurang rapi ya itu memang salah saya dan itu saya sudah minta maaf tapi tetap di sekap," terang Surani seperti dilansir Grid.ID dari laman TribunJateng.com, pada Sabtu (17/7/2020).
Surani mengaku tak diperbolehkan minum hingga disuruh minum air mentah dari kamar mandi.
"Dia sering mengurung saya, jarang dikasih makan sedangkan minta air saja tidak dikasih disuruh ambil di kamar mandi.
Waktu saya lapar saya minta garam untuk mengganjal lapar itu saja tidak dikasih," kata Surani meneteskan air mata.
Tak sampai di situ, Surani disekap di dalam kamar tidur dengan luas hanya 5x4 meter dan tak ada kamar mandi.
Surani mengaku sampai harus buang air kecil di dalam botol, hingga ngeri lantaran diancam akan dibunuh.
"Majikan saya pernah bilang "Saya sengaja mengurung, pengen kamu mati saja kalau saya jengkel nanti kamu saya tusuk pisau" sudah sampai mengancam membunuh juga," katanya.
Namun, Surani bersyukur lantaran saat ia disekap ponselnya tidak disita.
Oleh karenanya, Surani masih bisa menghubungi keluarganya di Sragen untuk minta bantuan.
Tak hanya itu, Surani juga kerap menghubungi pengurus Buruh Migran Indonesia (BMI) Jeddah agar dihubungkan ke Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI).
"Saya hubungi BMI Jeddah, BMI akhirnya menghubungi KJRI, KJRI menelepon polisi Saudi Arabia, dari kepolisian akhirnya menelepon majikan dan anak majikan mengantarkan saya ke kantor polisi," terang Surani.
Saat Surani berada di KJRI, sang majikan memohon maaf dan menginginkannya kembali bekerja namun ditolak.
(*)