Selain itu karena cukup dekat dengan keluarga Kim, Fujimoto juga menjadi teman bermain Kim Jong-Un yang saat itu masih kecil.
Pada saat itu dia memanggil Kim Jong-Un dengan sebutan pangeran.
Meski dekat dengan keluarga pemimpin Korut, Fujimoto tidak bisa memendam rasa takutnya.
Setelah bebas dari Korut pada 2003. Dia menulis dalam memoarnya berjudul I Was Kim Jong-Il's Cook.
Dia menuliskan, "Saya tidak bisa melupakan sorot mata sang pangeran, seolah-olah dia berpikir: orang ini adalah orang Jepang yang tercela."
Tetapi Fujimoto menghabiskan waktu bersama Kim sejak dia anak-anak hingga berusia 18 tahun, bahkan pernah menemaninya menangkap ikan hingga bermain layang-layang.
Selama masa tugasnya Fujimoto pernah diterbangkan ke berbagai negara, untuk mendapatkan makanan paling mahal dan terenak untuk melayani keluarga Kim.
Fujimoto secara teratur pergi ke Singapura untuk membeli buah, ke Rusia dan Iran untuk membeli Kaviar, dan ke Jepang untuk membawa bahan sushi.