Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional (HAN).
Berbicara tentang anak, nampaknya isu kesehatan mental pada anak dan remaja memang tidak bisa dianggap sepele.
Di Indonesia, hasil Riskesdas 2018 menemukan bahwa prevalensi gangguan mental emosional remaja usia di atas 15 tahun meningkat menjadi 9,8 persen dari yang sebelumnya 6 persen di tahun 2013.
Baca Juga: Jadwal dan Kunci Jawaban TVRI, 21 Juli 2020 untuk SD Kelas 4-6: Organ Gerak Pada Hewan dan Manusia
Organisasi kesehatan Dunia (WHO) juga mencatat 15 persen anak remaja di negara berkembang berpikiran untuk bunuh diri, di mana bunuh diri merupakan penyebab kematian terbesar ketiga di dunia bagi kelompok anak usia 15-19 tahun.
Menurut data WHO juga, setengah dari masalah gangguan mental pada orang dewasa sudah terbentuk sejak usia 14 tahun dan seringkali tidak terdeteksi.
Dijelaskan Psikolog Anak, Annelia Sari Sani, S.Psi, yang juga merangkap sebagai Ketua Satgas Penanganan COVID-19 (Ikatan Psikolog Klinis) IPK Indonesia mengungkapkan peranan kesehatan mental pada anak untuk menunjang kehidupan mereka saat dewasa.
Menurutnya gangguan mental pada anak dan remaja bisa memengaruhi kehidupan mereka.
Hingga berdampak pada perilaku, emosi, kehidupan sosial, dan sebagainya.
"Gangguan mental pada usia anak hingga remaja dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan mereka."
"Diantaranya menyebabkan masalah pada perilaku, gangguan emosional dan sosial, gangguan perkembangan dan belajar, gangguan perilaku makan dan kesehatan, hingga gangguan relasi dengan orang tua," jelas Anne, dalam konferensi virtual 'Gangguan Mental pada Anak, Musuh yang Tak Terlihat' yang diikuti Grid.ID, Kamis (23/7/2020).
Baca Juga: Bikin Geger! Tenyata Makan Ikan Lele Berlebihan Bisa Mati Mendadak, Begini Penjelasan Ahli
Gangguan kesehatan mental pada anak pun cukup sulit, sehingga peran orang tua sangat besar untuk mengatasinya.
"Tidak seperti gangguan kesehatan lainnya, tanda-tanda gangguan kesehatan mental, terlebih pada anak, cenderung sulit untuk dilihat. Sehingga, penting bagi orang tua untuk lebih peka terhadap perubahan perilaku anak dan memberikan penanganan sejak dini, guna meminimalisasi risiko jangka panjang saat anak tumbuh dewasa," jelasnya.
Berikut ini beberapa masalah kesehatan mental anak dan remaja yang bisa dikenali orang tua.
Masalah perilaku:
· Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)· Kenakalan anak dan remaja· Gangguan perilaku melawan dan membangkang· Penyalahgunaan NAPZA, misalnya dalam bentuk merokok
Baca Juga: Ngeri! Raisa Mengaku Pernah Alami Baby Brain, Sindrom Ibu Hamil yang Bikin Lupa sampai Susah Membaca
Gangguan emosional dan sosial:
· Gangguan mood (alam perasaan)· Gangguan kecemasan· Menarik diri dan keterasingan· Stres akibat atau terkait trauma
Gangguan relasi orang tua, anak, hingga keluarga.
Gangguan perkembangan dan belajar:
· Autistic spectrum disorder· Skizofrenia masa kanak· Disabilitas intelektual· Gangguan belajar spesifik (faktor neurologis)
Baca Juga: Bingung Nggak sih, Makan Sedikit dan Jarang Ngemil tapi Cepat Gemuk? Begini Penjelasan Ahli
Gangguan perilaku makan dan perilaku kesehatan:
· Gagal bertumbuh atau stunting· Dampak perkembangan mental dan emosional neurologis.
Lebih lanjut, dijelaskan oleh Anne, ada beberapa penyebab masalah kesehatan mental pada anak dan remaja, diantaranya:
Yang pertama adalah faktor biologis dari genetik, kelainan bawaan, dan lainnya.
Faktor ini bersifat terberi (given) dan hampir tidak ada yang bisa dilakukan untuk mencegahnya.
Baca Juga: Mengenal Cryptic Pregnancy yang Menggegerkan Warga Tasikmalaya, Hamil Satu Jam, Langsung Melahirkan!
Namun, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah deteksi dini dan intervensi dini
Yang kedua adalah gangguan perkembangan dan sosial, seperti:
· Ekonomi· Pendidikan dan pengetahuan· Dukungan keluarga dan komunitas· Kejadian besar yang menimpa banyak orang, misalnya bencana alam, bencana kemanusiaan, dan krisis kesehatan seperti saat ini (pandemi Covid-19).
Masalah kesehatan mental pada anak masih bisa diatasi, orangtua memiliki peran penting dalam hal ini.
Caranya, orang tua perlu memiliki banyak pengetahuan akan hal kesehatan mental anak.
"Pengetahuan yang dimiliki orang tua dan banyak pihak. Jangn sampai 'tidak apa-apa, anak laki-laki seperti itu, pemarah.' Padahal bisa jadi indikasi gangguan mental," kata Anne.
"Anak perlu punya ketangguhan. Orangtua juga perlu membantu membentuk ketangguhan itu."
"Caranya dengan memperbaiki relasi. Artinya mendengarkan anak dan memandangnya dari sudut pandang dia, misalnya berempati. Maka relasi kita dengan anak akan lebih bagus," tutup Anne.
(*)