"Jumlahnya sekitar Rp 500 ribu, langsung dimasukkan ke dalam kresek dan dibawa ke Puskesmas," ujar Riska.
Namun, total biaya yang harus ditanggung mereka ternyata mencapai Rp 1,4 juta.
Meskipun demikian, pihak puskesmas akhirnya memberikan santunan dan keringanan pada pasangan tersebut.
"Uang koin dikembalikan lagi dan saya diberi santunan Rp 200 ribu sama kepala puskesmas," ujarnya.
Melansir dari Kompas.com, rupanya informasi terkait pasutri di Cianjur ini telah terjadi pada Januari 2020 lalu.
Yanto dan Riska dikabarkan sempat takut apabila biaya persalinan uang koin yang telah dikumpulkannya akan ditolak.
Sepanjang perjalanan, mereka mengaku was was, karena uang yang dipersiapkan untuk biaya persalinan dalam bentuk koin.
"Niatnya, uang receh itu mau ditukarkan dulu. Tapi karena waktu itu kondisinya tidak memungkinkan, jadinya langsung saja dibawa ke puskesmas," kata Riska.
"Uangnya saya masukan ke dalam kantong kresek. Orang puskesmas sempat kaget waktu melihatnya. Tapi alhamdulilah, diterima, katanya sama-sama uang," imbuhnya.
Sebagai pasangan kurang mampu, akhirnya Yanto dan Riska diberikan akses pelayanan kesehatan gratis melalui program Jampersal (Jaminan Persalinan).
Meskipun demikian, pasutri di Cianjur itu tak mau disebut sebagai pasien miskin.
Menurut informasi mereka tetap melakukan pembayaran dan diberikan keringanan oleh pihak puskesmas.
(*)