Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Nama artis cantik Jessica Iskandar belakangan ramai diberitakan perihal hubungannya dengan Richard Kyle yang dikabarkan goyah.
Namun, bukan soal itu saja, kini ia harus kembali menerima kenyataan pahit perihal kesehatannya.
Ia telah mendapat kepasitian akan penyakit yang dideritanya.
Awalnya, wanita yang akrab disapa Jedar ini sempat dinyatakan menderita Takikardia.
Baca Juga: Uniknya Interior Apartemen Mewah Gigi Hadid dan Zayn Malik, Warna-warni dan Penuh Dekorasi Nyeleneh!
Namun, dokter akhirnya bahwa penyakit yang dideritanya saat ini adalah Graves Disease Autoimmune Hyperthyroidism.
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, dokter mengonfirmasi kondisi yang dialami Jessica Iskandar termasuk gejala takikardia dan pembengkakan di bagian leher, mengarah pada penyakit autoimun yang disebut Graves Disease Autoimmune Hyperthyroidism.
Jessica saat ini masih menjalani pengobatan dengan pemantauan dokter selama enam bulan ke depan.
"Obatnya yang dikasih dokter obat untuk membuat hormonnya enggak sebanyak itu, obatnya supaya tiroidnya bikinnya sedikit hormonnya," kata Jessica.
"Sama obat jantung. Kemarin jantung aku berdebar, ada obatnya juga supaya jantung aku santuy," imbuhnya.
Karena jika harus melakukan operasi pengangkatan tiroid, dia harus mengonsumsi obat seumur hidup untuk menggantikan tugas tiroid dalam tubuh.
Ibunda El Barack Alexander ini yakin bisa sembuh setelah dokter melakukan pemeriksaan dan mengatakan penyakitnya bisa disembuhkan.
"Pokoknya enggak ada yang enggak mungkin. Harus tetep positif thinking, tetap usaha, tetap semangat, harus tetap percaya ini semua akan berlalu," ujar Jessica Iskandar meyakinkan dirinya sendiri.
Lantas, apa itu penyakit Graves Disease Autoimmune Hyperthyroidism?
Dilansir Grid.ID dari Tribun Timur, dijelaskan melalui laman klikdokter.com bahwa penyakit Graves adalah penyakit autoimun yang menyerang kelenjar tiroid.
Penyakit ini menyebabkan kelenjar tiroid terlalu aktif mengeluarkan hormon tiroksin.
Kelenjar tiroid berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak di leher bagian depan.
Dalam keadaan normal, kelenjar ini mengeluarkan hormon tiroksin secukupnya.
Hormon ini diperlukan untuk metabolisme tubuh.
Pada penyakit Graves, karena aktivitas kelenjar tiroid berlebihan, maka ukuran kelenjar tiroidnya membesar dan kadar hormon tiroidnya meningkat atau dikenal dengan istilah hipertiroid.
Kondisi ini menyebabkan metabolisme tubuh menjadi berlebihan.
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada perempuan usia muda, yaitu sekitar usia 20-35 tahun.
Penyebab
Hingga kini, penyebab penyakit Graves belum diketahui dengan jelas.
Hal yang telah diketahui, pada penyakit Graves, sistem imunitas tubuh ‘menyerang’ kelenjar tiroid dan menyebabkan kelenjar tiroid menjadi hiperaktif dalam mengeluarkan hormon tiroksin.
Kondisi berikut ini menyebabkan seseorang lebih rentan mengalami penyakit Graves:
- Memiliki anggota keluarga yang mengalami penyakit Graves
- Sering terpapar asap rokok
- Memiliki penyakit autoimun lainnya
- Ibu hamil atau baru saja melahirkan
- Berada dalam kondisi stres psikis atau kelelahan
Untuk mendeteksi penyakit Graves, awalnya dokter akan memeriksa apakah terdapat gejala hipertiroid dan adanya pembesaran kelenjar tiroid.
Jika ada, maka pemeriksaan selanjutnya adalah memeriksa kadar hormon tiroksin dari darah penderita dengan cara melakukan pemeriksaan T3, T4, dan TSH (thyroxine stimulating hormone).
Bila T3 dan T4 meningkat disertai TSH menurun, dokter dapat menentukan adanya penyakit Graves.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah skintigrafi tiroid.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meminta penderita menelan zat iodine radioaktif, kemudian dilakukan foto radiologis pada kelenjar tiroid.
Gejala
Penyakit Graves menunjukkan gejala kelebihan hormon tiroid (hipertiroid), yaitu:
- Keringat berlebihan
- Berat badan makin turun padahal nafsu makan meningkat
- Dada berdebar-debar
- Mudah cemas atau marah
- Tangan tremor
- Haid tidak teratur
- Disfungsi ereksi
- Libido menurun
- Denyut jantung tidak teratur
- Ada benjolan di leher
Selain gejala-gejala tersebut, tanda khas dari penyakit Graves adalah menonjolnya mata penderita.
Mata seperti melotot dan terdorong ke depan, gerakan kelopak matanya lambat.
Pengobatan
Pengobatan penyakit Graves bertujuan untuk menurunkan kadar hormon tiroksin agar kembali normal.
Pengobatan ini dilakukan dengan meminta penderita untuk menelan zat radioaktif yang mengandung iodine.
Zat radioaktif ini akan menghancurkan sel dalam kelenjar tiroid secara perlahan sehingga aktivitas hiperaktif dari kelenjar tiroid akan menurun.
Obat antitiroid berfungsi untuk mencegah kelenjar tiroid menghasilkan hormon berlebihan.
Jenis obat yang sering digunakan adalah methimazole dan propylthiouracile (PTU).
Gejala penyakit Graves akan membaik setelah mengonsumsi obat tersebut 4–6 minggu.
Namun konsumsi obat ini harus diteruskan hingga 12–18 bulan.
Selain itu, untuk mengatasi peningkatan metabolisme yang terjadi, obat golongan beta blockers diberikan sementara waktu hingga kadar hormon tiroksin normal kembali.
Operasi pengangkatan tiroid baru dilakukan bila pengobatan lain sudah diberikan namun tidak berhasil mengatasi kondisi hipertiroid yang terjadi.
Pencegahan Graves juga belum diketahui dengan jelas, sampai saat ini penyakit Graves belum dapat dicegah.
(*)