Grid.ID - Kabar duka, KH Hasyim Wahid, adik bungsu Presiden RI ke-4 Abrudahman Wahid (Gus Dur) meninggal dunia.
KH Hasyim Wahid atau yang akrab disapa Gus Im meninggal dunia hari ini, Sabtu (1/8/2020).
Kabar duka meninggalnya Gus Im disampaikan pengurus PWNU Jatim, KH Ahmad Fahrur Rozi.
"Iya, benar, Shubuh tadi meninggalnya," kata Wakil Ketua PWNU Jatim, KH Ahmad Fahrur Rozi saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (1/8/2020).
Pria yang akrab disapa Gus Fahrur itu mengatakan Gus Im meninggal karena komplikasi ginjal.
"Ya, komplikasi ginjal. Sudah cukup lama," kata dia. Fahrur menjelaskan, siang ini jenazah Gus Im akan diberangkatkan melalui perjalanan darat dari Jakarta ke Jombang, Jawa Timur.
Rencananya jenazah akan dimakamkan Sabtu malam.
Dia mengungkapkan bahwa Gus Im diperkirakan tiba di Jombang nanti malam.
Selanjutnya Gus Im akan dimakamkan di Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang.
Sosok Gus Im
Dikutip dari Harian Kompas, Minggu (28/5/2000), Hasyim Wahid biasa dipanggil Gus Im. Dia lahir pada 30 Oktober 1953.
Gus Im pernah berkelakar, jika terangkut dalam jajaran Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, dia mau memilih jadi Kepala Badan Intelijen ABRI (BIA).
Meski hanya gurauan belaka, teman-teman dekatnya kagum dan menyebutnya sebagai superintel.
Hal itu karena sejak zaman Soeharto, dia selalu membagi informasi-informasi rahasia mengenai situasi politik dan ekonomi pada teman-teman dekatnya, yang belakangan banyak terbukti sungguh-sungguh terjadi.
Salah satunya pada peristiwa kerusuhan Mei (13-14 Mei 1998), dia sudah memberi tahu teman-temannya, para pecinta dan pedagang keris di Pasar Batu serta Pasar Tosan Aji Jatinegara untuk mengemasi barang-barangnya.
Ternyata kerusuhan dan pembakaran sungguh-sungguh terjadi dan membawa dampak cukup parah di kawasan itu.
Tapi Gus Im menjadi sedih dan berang saat dirinya menjadi staf ahli di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Itu membuatnya jadi artis dan dikenal banyak orang.
"Dengan menjadi selebriti (tertawa), kerja saya tidak bisa efektif lagi. Selama ini saya efektif melacak, membuntuti, dan memaksa para debitor untuk mau datang dan berunding di BPPN karena saya berjalan di wilayah abu-abu (grey area)," ujarnya.
Bekerja di BPPN
Dia bekerja di BPPN terhitung mulai 1 Desember 1999.
Gus Im menceritakan, dia bekerja di sana setelah berkomunikasi dengan Glenn Yusuf, yang waktu itu masih Ketua BPPN pada pertengahan November 1999.
"Dia meminta saya membantu omong dengan debitor, yang dianggap saya bisa lebih enak omong. Setelah beberapa hari, dia bilang, sudahlah kerja saja di BPPN sekalian. Lalu, dikeluarkanlah surat keputusan (SK) tertanggal 3 Desember 1999," kata Gus Im.
Di BPPN, dia bertugas membangun hubungan dengan para debitor yang pada waktu itu kerap lari dari kewajibannya. Para debitor menyatakan siap dipenjara asalkan tidak bayar hutang.
"Saya disuruh meyakinkan para debitor yang termasuk 20 besar itu agar tak menempuh cara itu (dipenjara). Kita kasih kesempatan mereka bekerja dan bayar utang-utang mereka pada negara. Sebagian cash dan sisanya dibayar dengan asset," katanya.
Di mata teman-temannya, anak bungsu dari 6 bersaudara itu pribadi yang unik, kaya ragam, dan kontroversial.
Dia merupakan jebolan Fakultas Psikologi dan Ekonomi UI serta Teknik Kimia ITB. Pergaulannya luas.
Gus Im dekat dengan berbagai kalangan, mulai dari para petinggi militer, aktivis LSM, hingga mahasiswa. Tak hanya berdiam di istana, dia juga turun ke Pasar Jatinegara.
Musik, ekonomi dan filsafat
Minatnya juga luas, mulai dari musik Metallica, Guns 'N' Roses, Beethoven, Johan Sebastian Bach, maupun Amadeus Mozart.
Gus Im sanggup berdebat soal pemikiran ekonomi, sosial-politik, sastra, filsafat, hingga mistik Islam.
Dia dianggap berbakat dan punya modal besar untuk meniti karier politik, tetapi dia sendiri mengaku sangat mengagumi E.E. Cummings, dan sangat ingin menjadi penyair.
Idolanya adalah Charlie Chaplin. Gus Im kagum akan cara Chaplin memosisikan diri pada masyarakat.
Chaplin selalu memosisikan diri secara marginal dan berpihak pada yang tidak diuntungkan.
Menurut Gus Im Chaplin juga memiliki pandangan yang kritis terhadap realitas kehidupan.
"Charlie Chaplin sebagai social pariah, orang paria yang dibuang-buang, lebih banyak pahlawan mbambung begitu ya. Dulu, waktu SMA, saya melihatnya begitu. Setelah mahasiswa, saya lihat kritik sosialnya. Kelas yang dirugikan lawan kelas yang diuntungkan," kata Gus Im.
Saat sudah dewasa, Gus Im mengaku sudah mengerti filsafat kapitalisme liberal, komunisme, dan ekonomi sentral.
Beberapa tokoh di antaranya adalah Otto von Bismarck, Kim Dae-jung, dan Nelson Mandela.
Selamat jalan Gus Im...
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hasyim Wahid, Adik Bungsu Gus Dur Meninggal Dunia"
(*)