Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti
Grid.ID - Baru-baru ini kemunculan 11 paus di perairan Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT) membuat warga sekitar heboh.
Pasalnya 10 dari 11 mamalia laut ini ditemukan terdampar dalam kondisi mati.
Menyaksikan hal tersebut, akhirnya Kepala Seleksi Program dan Evaluasi Balai Kawasan Konservasi (BKKPN) Kupang Imam Fauzi buka suara.
Melansir dari Kompas.com pada Sabtu (1/8/2020), Imam Fauzi mengatakan bahwa sebelumnya sudah ada 5 paus yang terdampar.
Salah satu dari paus tersebut mulanya berhasil diselamatkan dan dikembalikan ke laut.
Namun, empat lainnya disebutkan telah terdampar dalam kondisi tak bernyawa.
Tak berselang lama dari kabar tersebut, tim BKKPN kembali menerima informasi tambahan paus yang terdampar dalam kondisi serupa.
Dari tambahan tersebut, dikabarkan ada 3 paus yang kembali mati dan ditemukan dalam satu lokasi.
"Beberapa jam kemudian dilaporkan lagi paus yang terdampar berjumlah 3 ekor, sehingga total paus yang terdampar untuk saat ini 11 ekor. 10 ekor yang mati dan satu berhasil dikembalikan ke laut," ungkap Imam.
Dari identifikasi yang dilakukan, Imam mengatakan bahwa paus tersebut masuk ke dalam jenis short Finned pilot whale dengan panjang 2,5 hingga 6 meter.
Baca Juga: Sering Dianggap Sebagai Tanda Kenyang, Ternyata Sendawa Justru Sinyal Ada yang Tak Beres dalam Tubuh
Sementara untuk lebar paus disebutkan mencapai 0,9 hingga 1,2 meter.
Menurut Imam, paus jenis ini merupakan hewan yang hidup secara berkelompok.
Sehingga tak menutup kemungkinan apabila akan ada paus yang kembali ditemukan dalam kondisi serupa.
"Masih terdapat kemungkinan tambahan paus yang terdampar, karena paus pilot merupakan paus yang hidup berkelompok dengan jumlah bisa mencapai 30 ekor untuk satu kelompok," ungkapnya.
Semenara itu melansir dari Tribun Jateng, Tim BKKPN Kupang Ikram Sangadji juga menambahkan sejumlah keterangan dari fenomena ini.
Menurut Ikram paus yang terdampar itu tengah mengikuti arus yang membawa sumber makanannya.
"Belasan paus ini terjebak di pesisir pantai saat laut sedang surut. Sebelumnya mereka (paus) mengejar makanan yang terbawa gelombang ke pantai," ungkap Ikram.
"Biasanya pada saat laut pasang, mereka mengejar makanan sampai ke arah pantai," imbuhnya.
Menurut Ikram fenomena ini sebenarnya mudah untuk ditangani.
Hanya saja pihaknya memiliki keterbatasan mengenai cara penanganan kepada masyarakat.
Sebab, pihaknya harus melihat lokasi dan kondisi terdamparnya sang mamalia laut itu.
"Kalau terjebaknya waktu air laut mulai surut, itu yang repot.
Biasanya kita pake stranding code. Jika masih hidup, maka diupayakan untuk dilepas kembali," ujarnya.
Sementara itu, Tim BKKPN sudah diterjunkan ke lokasi untuk melakukan evakuasi paus yang tak dapat diselamatkan.
Kini, 10 bangkai paus yang sudah tewas telah dikuburkan dan dipandu oleh tim Quick Respon BKKPN Kupang.
(*)