Find Us On Social Media :

Disebut Berasal dari Titisan Kerajaan Siluman, Buaya Raksasa yang Diperkirakan Berusia 1 Abad Akhirnya Dipenggal, Seorang Warga Bersaksi : Ada Perjanjian Tidak Boleh Saling Ganggu!

By Novia, Jumat, 7 Agustus 2020 | 18:30 WIB

Pawang Buaya, Mang Ademi (60) duduk di punggung buaya untuk mengikat tali agar buaya tidak mengamuk saat ditonton warga, Selasa (4/8/2020).

Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti

Grid.ID - Seekor buaya raksasa baru-baru ini telah menghebohkan warga Desa Kayu Besi, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung.

Seekor buaya yang dikabarkan memiliki panjang lebih dari 4,5 meter itu, ditemukan dalam kondisi tewas.

Buaya yang diperkirakan berusia lebih dari satu abad itu akhirnya dikubur dengan ritual khusus.

Baca Juga: Bikin Geger Netizen, Viral Seekor Buaya Raksasa Sepanjang 4,5 Meter Diangkut Pakai Buldoser Melintasi Jalan Raya, Tak Punya Gigi dan Mati karena Aturan Adat

Melansir dari Kompas.com pada Jumat (7/8/2020), reptil raksasa itu akhirnya dipenggal dan dikuburkan secara terpisah.

Hal ini dikarenakan masyarakat memiliki kepercayaan bahwa buaya tersebut merupakan titisan kerajaan siluman.

Selain itu, masyarakat mengaku khawatir apabila buaya tersebut akan hidup lagi jika tidak dipenggal.

Baca Juga: Kisah Monster Bernama Gustave, Buaya Raksasa yang Telah Memakan 300 Manusia dan Kebal dengan Senjata

Sehingga buaya tersebut tak dapat dikuburkan secara langsung, ia harus dipenggal sebelum dikuburkan.

Lebih lanjut, sekretaris Desa Kayu Besi Junaidi juga mengatakan buaya tersebut akan dibungkus kain kafan sebelum dikubur.

"Ada pawang yang mengiringi penguburan dengan ritual, karena buaya itu telah mengganggu manusia. Jadi dianggap sudah menyalahi kodratnya," kata Junaidi saat dihubungi, Kamis (6/8/2020).

Baca Juga: Pancing dengan Seekor Ayam, Pria Ini Mampu Taklukan 2 Buaya Raksasa Sekaligus!

Warga menduga buaya tersebut mati karena faktor kelelahan saat dipancing warga menggunakan umpan monyet pada Senin lalu.

Seorang warga bernama Tarmizi membenarkan adanya ritual penguburan buaya di kalangan masyarakat pedesaan.

"Masyarakat meyakini ada kerajaan buaya. Dengan manusia ada perjanjian tidak boleh saling mengganggu," ujar Tarmizi.

Baca Juga: Mahasiswi Cantik ini Lakukan Foto Kelulusan Bersama Buaya Raksasa

Lebih lanjut melansir dari Tribun Jakarta, pawang buaya bernama Mang Ademi (60) meyakini buaya raksasa itu bukan reptil pada umumnya.

Ademi meyakini bahwa buaya tersebut merupakan peliharaan orang dan harus ditangkap lantaran mengganggu.

"Buaya ini bukan buaya biasa, ini buaya igon urang atau buaya 'peliharaan' orang. Kita terpaksa tangkap karena mengganggu warga," ujar Mang Ademi.

Baca Juga: Lebih Panjang dari Mobil Avansa, 'Monster Sungai' Raksasa Berhasil Ditakhlukkan Warga Kalimantan Tengah

Hal ini juga dibenarkan oleh Kepala Desa, Rasyidi (50) apabila buaya tersebut telah mengganggu warga Desa Kayu Besi sebanyak tiga kali.

"Sejak beberapa tahun terakhir buaya sering ganggu manusia. Mungkin habitatnya rusak karena banyaknya perusahaan kelapa sawit, sehingga makanannya punah."

"Selain itu, ada anggapan buaya yang ditangkap ini bukan buaya biasa, tapi buaya 'peliharaan orang' ..orang luar."

"Ini bukan buaya kodok, karena ukurannya cukup besar.Kalau buaya kodok biasanya pendek, sedangkan ini ukuranya besar, panjang 4,8 meter," tambah Kades.

(*)