Grid.ID - Operasi pembebasan pesawat penumpang Garuda 206 DC-9 Woyla dari pembajakan kelompok ektremis pada 1981 membuat Kopassus diakui dunia sebagai salah satu pasukan khusus paling mematikan.
Itu adalah operasi yang dipimpin oleh Letkol Sintong Panjaitan.
Letkol Sintong memimpin operasi legendaris itu dalam kondisi fisik yang kurang baik, kakinya sedang patah setelah mengikuti latihan terjun payung.
Ia tetap memimpin operasi pembebasan sandera itu karena seluruh kekuatan pasukan ABRI saat itu sedang menggelar latihan gabungan di Ambon. Begitu juga dengan para prajurit Kopasandha (Kopassus).
Para pasukan Kopassus yang sudah mendapatkan latihan antiteror juga sedang mengikuti Latgab di Ambon.
Hanya Letkol Sintong yang tersisa sebagai perwira paling senior di Markas Baret Merah di Jakarta. Uniknya, Sintong tetap memaksakan diri berjalan tanpa tongkat begitu Komandan Kopasandha Brigjen Yogie S Memet memerintahkannya memimpin operasi.
Selain kondisi fisik pemimpin operasi yang sedang tidak maksimal, tantangan lainnya yaitu karena operasi ini sebenarnya merupakan operasi yang rumit.
Pasalnya, berlangsung di negara lain dan membutuhkan kerja sama secara diplomatik, kehadiran Kopassus harus diketahui otoritas negara setempat.