Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Semua orangtua tentu ingin hal terbaik untuk buah hatinya.
Segala kemampuan dikerahkan untuk masa depan sang anak.
Namun, apa jadinya jika tak terduga anak harus mengalami ganggguan dalam berbicara.
Hal inilah yang dirasakan penyanyi cantik Kelly Clarkson.
Ia harus menerima kenyataan pahit yang dialami anak laki-lakinya.
Di mana putranya, Remington Alexander Blackstock yang berusia 4 tahun disebut mengalami keterlambatan bicara (Speech Delay).
"Dia (Remy) memiliki masalah bicara karena dia memiliki masalah telinga ini ketika dia masih bayi. Dan kami tidak tahu,” ujar Clarkson seperti dikutip Grid.ID dari Grid Health.
Menurut istri dari Brandon Blackstock itu, kondisi itu disebabkan karena telinga putranya tersumbat yang membuatnya berpikir dia tuli karena dia berbicara seolah-olah dia berada di bawah air.
Seperti disebutkan dalam artikel Idai.or.id, keterlambatan bicara memang dapat disebabkan oleh banyak hal.
Seperti gangguan pendengaran, gangguan pada otak (misalnya retardasi mental, gangguan bahasa spesifik reseptif dan/atau ekspresif), autisme, atau gangguan pada organ mulut yang menyebabkan anak sulit melafalkan kata-kata (dikenal sebagai gangguan artikulasi).
Untuk menegakkan diagnosis penyebab keterlambatan bicara, perlu pemeriksaan yang teliti oleh dokter, yang terkadang membutuhkan pendekatan multidisiplin oleh dokter anak, dokter THT, dan psikolog atau psikiater anak.
Tak khayal kondisi ini membuat Kelly Clarkson, menyewa terapis wicara, yang masih bekerja sangat keras dengan Remy melalui aplikasi Zoom selama karantina.
"Tonggak utama bagi kami adalah Remy mendapatkan pelajaran untuk benar-benar mengetahui kepribadian dan identitasnya sendiri, karena itu membuatnya frustasi karena dia tidak dapat benar-benar menyuarakan emosinya," kata Clarkson.
"Ini adalah hal yang sangat penting dan sangat membuat frustrasi bagi kami, karena kami tidak dapat berkomunikasi,” imbuhnya.
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, seorang anak bisa dikatakan mengalami speech delay ketika mereka belum bisa berbicara hingga menginjak usia dua tahun.
Seorang anak yang mengalami keterlambatan bicara bukan berarti ada sesuatu yang salah sedang terjadi.
Namun, hal ini juga bisa disebabkan oleh gangguan pendengaran, gangguan neurologis atau masalah perkembangan yang mendasarinya.
Terlambat bicara yang berkepanjangan juga bisa mengakibatkan masalah besar saat anak usia dewasa.
Melansir Hello Sehat, beberapa dampak jangka panjang jika anak memiliki gangguan berbicara yang tidak mendapatkan perawatan dini antara lain:
· Prestasi akademik buruk
· Sulit mendapat pekerjaan yang cocok
· Sulit bersosialisasi dan rentan mengalami masalah kejiwaan
Sebelum mengambil langkah medis, sebaiknya kamu harus mengenali terlebih dahulu tahap perkembangan kemampuan bicara anak sesuai usianya.
Usia 0-6 bulan
Diwartakan Nakita, saat lahir, bayi hanya bisa menangis untuk menyatakan keinginannya.
Pada usia 2-3 bulan, bayi mulai bisa membuat suara-suara kecil yang dikenal dengan istilah cooing.
Di usia ini otak bayi sedang berkembang dengan pesat.
Oleh karena itu, periode ini disebut paling intensif untuk mengasah kemampuan berbicara dan bahasa bayi.
Setelah usia 3 bulan, bayi akan mencari sumber suara yang didengarnya dan menyukai mainan yang mengeluarkan suara.
Mendekati usia 6 bulan, bayi dapat berespons terhadap namanya sendiri dan mengenali emosi dalam nada bicara.
Cooing berangsur menjadi babbling, yakni mengoceh dengan suku kata tunggal, misalnya papapapapa, dadadadada, bababababa, mamamamama.
Bayi juga mulai dapat mengatur nada bicaranya sesuai emosi yang dirasakannya, dengan ekspresi wajah yang sesuai.
Waspadai bila bayi tidak menoleh bila namanya dipanggil.
Usia 6-12 bulan
Pada usia 6-9 bulan, bayi mulai mengerti nama-nama orang dan benda serta konsep-konsep dasar seperti ya, tidak, habis.
Saat babbling, bayi akan menggunakan intonasi atau nada bicara seperti bahasa ibunya.
Ia juga dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti mama dan papa tanpa arti.
Pada usia 9-12 bulan, bayi sudah dapat mengucapkan mama dan papa (atau istilah lain yang biasa digunakan untuk ibu dan ayah atau pengasuh utama lainnya) dengan arti.
Bayi akan menengok apabila namanya dipanggil dan mengerti beberapa perintah sederhana (misal lihat itu, ayo sini).
Ia menggunakan isyarat untuk menyatakan keinginannya, misalnya menunjuk, merentangkan tangan ke atas untuk minta digendong, atau melambaikan tangan (dadah).
Pada usia 12 bulan bayi sudah mengerti sekitar 70 kata.
Waspadai bila bayi tidak menunjukan banyak eskpresi wajah dan menunjuk dengan jari pada usia 12 bulan.
Usia 12-18 bulan
Pada usia ini, umumnya anak sudah dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti, dapat mengangguk atau menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan, menunjuk anggota tubuh atau gambar yang disebutkan orang lain, dan mengikuti perintah satu langkah (Tolong ambilkan mainan itu).
Kosakata anak bertambah dengan pesat.
Pada usia 15 bulan, anak mungkin baru dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti tetapi pada usia 18 bulan kosakatanya telah mencapai 5-50 kata.
Pada akhir masa ini, anak sudah bisa menyatakan sebagian besar keinginannya dengan kata-kata.
Waspadai bila beberapa perkembangan ini tidak terjadi ketika anak berusia 16 bulan.
Usia 18-24 bulan
Dalam kurun waktu ini anak mengalami ledakan bahasa.
Hampir setiap hari ia memiliki kosakata baru.
Anak dapat membuat kalimat yang terdiri atas dua kata (mama mandi, naik sepeda) dan dapat mengikuti perintah dua langkah.
Pada fase ini anak akan senang mendengarkan cerita.
Pada usia dua tahun, sekitar 50% bicaranya dapat dimengerti orang lain.
Waspadai bila tidak ada 2 kata yang dapat dimengerti ketika anak berusia 24 bulan.
Baca Juga: Bau Mulut Bikin Tak Percaya Diri? Atasi dengan 2 Jenis Tanaman Herbal Berikut Ini, Gampang Banget!
Usia 2-3 tahun
Setelah usia 2 tahun, hampir semua kata yang diucapkan anak telah dapat dimengerti oleh orang lain.
Anak sudah biasa menggunakan kalimat 2-3 kata dan mulai menggunakan kalimat tanya.
Anak dapat menyebutkan nama dan kegunaan benda-benda yang sering ditemui, sudah mengenal warna, dan senang bernyanyi atau bersajak.
Baca Juga: Bau Mulut Bikin Tak Percaya Diri? Atasi dengan 2 Jenis Tanaman Herbal Berikut Ini, Gampang Banget!
Bila anak tidak mengalami beberapa perkembangan di atas, ada beberapa hal yang dapat orangtua lakukan untuk mengoptimalkan perkembangan kemampuan bicara anak:
Pertama, yaitu rajin berbicara dan berkomunikasi dengan anak.
Orangtua dapat memulai hal ini sejak anak masih bayi.
Kapanpun dan dimanapun, orangtua dapat mengatakan apa yang sedang terjadi, apa yang sedang dilakukan, dan hal-hal yang baru saja ditemui.
Walaupun bayi belum bisa berbicara tetapi kata-kata yang ia dengar selama itu akan menjadi bekal dalam kemampuan bicaranya nanti.
Baca Juga: Warga Aceh Barat Heboh Ketakutan, Inilah Video Penampakan Awan Tsunami
Kedua, membacakan cerita.
Membacakan cerita adalah salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kosakata anak.
Bayi dan anak kecil biasanya tertarik pada cerita yang bersajak.
Sembari membaca, anak dapat diajak menunjuk gambar dan menyebut nama benda yang ditunjuk.
Baca Juga: Muncul Bareng Mantan Suami, Penampilan Awet Muda Yuni Shara saat Antar Anak Kandungnya Jadi
Sementara itu, melansir SehatQ, terapi wicara terbukti efektif untuk anak dengan kesulitan bicara ekspresif, tetapi tidak cukup efektif mengatasi kesulitan bicara reseptif.
Berikut adalah jenis-jenis terapi wicara yang bisa dijalani oleh anak:
1. Terapi wicara untuk anak yang terlambat bicara
Pada dasarnya, terapi dilakukan untuk merangsang anak untuk berbicara.
Terapis akan mencoba berbagai cara seperti mengajak anak bermain, memperkenalkan kartu bergambar, atau bahasa isyarat.
2. Terapi untuk anak dengan apraxia
Apraxia adalah kesulitan untuk mengucapkan suku kata tertentu.
Anak mengetahui kata yang ingin diucapkan, tetapi tidak dapat menyebutkannya dengan benar.
Terapi dilakukan untuk membantu anak untuk mengerti respons pendengaran, visual, atau sentuhan.
Misalnya dengan melatih anak berbicara di depan cermin atau dengan merekam suaranya.
3. Terapi untuk gagap (stuttering)
Untuk mengatasi gagap bicara, terapis akan mencoba untuk melatih anak berbicara lebih pelan dan jelas karena berbicara terlalu cepat seringkali membuat gagap lebih berat.
Secara umum, hasil yang lebih baik akan didapat jika dilakukan deteksi dan intervensi sedini mungkin.
(*)