Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Siapa sih yang tidak suka makan kerupuk?
Makanan yang menghasilkan suara khas saat dikunyah ini cukup populer di kalangan masyarakat.
Hampir di setiap rumah atau warung makan menyediakan kerupuk sebagai pendamping makanan lainnya.
Bahkan ada orang yang tidak bisa makan nasi jika tidak ada tambahan kerupuk.
Ada banyak jenis kerupuk di Indonesia, tetapi yang paling sering kita jumpai adalah kerupuk udang dan kerupuk ikan.
Harga kerupuk pun beranekaragam tergantung dari bahan pembuatnya.
Contoh kerupuk yang cukup murah adalah kerupuk aci atau kerupuk melarat yang dibuat dari adonan sagu, garam, pewarna makanan, dan vetsin.
Baca Juga: Tanggapi Serius Perundungan terhadap Aurel Hermansyah, Anang Hermansyah: Ini Concern Bersama!
Kerupuk dapat dijual dalam dua kondisi, yaitu dalam keadaan mentah atau yang belum digoreng, atau yang sudah digoreng dan siap untuk dimakan.
Diwartakan melalui laman Bobo.id, konon sejarah yang beredar tentang kerupuk adalah diambil dari kisah nyata sebuah keluarga miskin yang mempunyai banyak anak.
Mereka sulit untuk bertahan hidup karena tidak mempunyai uang yang banyak untuk mencukupi semua kebutuhan anak-anaknya.
Oleh sebab itu, mereka memanfaatkan sawut atau ketela pohon yang sudah diparut untuk menjadi lauk yang dimakan bersama nasi.
Cara mereka membuat sawut adalah dengan mengambil ketela pohon lalu diparut dan diberi air.
Hasil parutan yang sudah dicampur dengan air, kemudian diperas dan diambil sarinya.
Setelah itu dapat diendapkan dalam beberapa saat untuk kemudian dijemur hingga kering, inilah yang disebut dengan tepung tapioka.
Tepung itu lah yang diolah menjadi kerupuk dan disebut dengan samiler dan dimakan bersama nasi.
Nah, tinggal beberapa hari lagi, Indonesia akan merayakan ulang tahun ke-75.
Di mana biasanya akan diadakan berbagai lomba untuk memeriahkan momen tersebut.
Beberapa lomba yang turut diadakan seperti, lomba balap karung, makan kerupuk, dan sebagainya.
Pernahkan kamu berpikir, bagaimana awalnya kerupuk ini dijadikan salah satu bahan untuk perlombaan 17 Agustus?
Kenapa harus kerupuk yang dipilih?
Rupanya bukan sekadar untuk bersenang-senang, lomba makan kerupuk menyimpan sejarah dan filosofi tersendiri.
Sejarah lomba makan kerupuk dijabarkan oleh sejarawan dan penulis buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia, Fadly Rahman.
"Seiring dengan kemerdekaan Indonesia, banyak perlombaan-perlombaan yang diadakan saat masa tahun 1950-an," ujar sejarawan sekaligus sekaligus dosen Departemen Sejarah Universitas Padjajaran seperti dikutip Grid.ID dari Kompas.com.
Baca Juga: Dirawat di Rumah Sakit, Begini Kondisi Hadi Pranoto
Pada masa tersebut kondisi politik dan keamanan negara sudah mulai kondusif, karena pada 1945 hingga 1950-an masih banyak peperangan yang mengharuskan rakyat Indonesia mempertahankan kemerdekaannya.
Sehingga masyarakat tidak sempat merayakan kemerdekaan Indonesia dengan beraneka macam perlombaan dan perayaan meriah.
Namun pada 1950-an mulai bermunculan lomba untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia.
"Bahkan Bung Karno kala itu mendukung kegiatan-kegiatan hiburan rakyat seperti perlombaan-perlombaan ini," jelas Fadly.
Baca Juga: Tips Mudah Merekam Video Profesional Agar Maksimal Dengan Samsung Galaxy Note20 dan Note20 Ultra
Perlombaan itu bertujuan untuk menghibur rakyat setelah masa peperangan berakhir.
Ada lomba panjat pinang, tarik tambang, dan makan kerupuk.
Lomba makan kerupuk menjadi salah satu lomba pertama yang diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia kala itu.
Sebab kerupuk identik sekali sebagai makanan rakyat jelata di masa perang.
Baca Juga: Sudah Memiliki Anak, Aktor Korea Selatan Sung Joon Baru Akan Gelar Pernikahan pada September 2020!
Kerupuk biasa dikonsumsi oleh kebanyakan masyarakat Indonesia yang berada di strata sosial dan ekonomi bawah.
"Jadi dengan makan nasi dan kerupuk, tanpa kecap dan garam pun mereka (rakyat jelata di saat perang) sudah bisa bertahan hidup," papar Fadly.
Hal tersebut yang mendasari mengapa ada lomba makan kerupuk.
Bertujuan untuk mengingatkan kepada masyarakat Indonesia bahwa saat perang kondisinya sangat memprihatinkan dan sulit.
Baca Juga: Reggy Lawalata Tegar dan Akui 'Perbedaan' Oscar Lawalata yang Feminin
Kerupuk sendiri sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sangat lama.
Nama kerupuk sudah disebutkan dalam naskah Jawa kuno sebelum masa abad ke-10 masehi.
Itulah alasan kenapa selalu ada lomba makan kerupuk saat perayaan 17 Agustus di Indonesia.
(*)