Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Tahukah kamu kalau sakit kepala adalah hal normal yang terjadi pada ibu hamil?
Dikutip dari situs The American Pregnancy, sakit kepala merupakan hal yang umum pada kehamilan dan dapat terjadi di trimester mana pun.
Akan tetapi, biasanya sakit kepala saat hamil paling sering terjadi di trimester pertama dan ketiga.
Selama trimester pertama, tubuh wanita hamil akan mengalami lonjakan hormon dan peningkatan volume darah.
Kedua perubahan ini dapat menyebabkan munculnya sakit kepala dengan frekuensi yang lebih sering.
Sakit kepala ini selanjutnya dapat diperburuk oleh stres, postur tubuh yang buruk, atau perubahan dalam pandangan.
Sakit kepala selama trimester ketiga cenderung lebih sering berhubungan dengan postur tubuh yang buruk dan ketegangan dari membawa beban berat.
Penyebab lain dari sakit kepala saat hamil dapat juga berhubungan dengan beberapa kondisi, seperti kurang istirahat, rendahnya gula darah, dan dehidrasi.
Sakit kepala selama trimester ketiga juga bisa disebabkan oleh kondisi yang disebut preeklamsia, yaitu tekanan darah tinggi selama kehamilan.
Bila tak segera ditangani, preeklamsia dapat berakibat fatal, baik bagi si ibu maupun bayinya.
Lantas, apa yang membedakan sakit kepala biasa dan sakit kepala preeklamsia yang perlu diwaspadai?
Dilansir Grid.ID dari Nakita, selain sakit kepala, keracunan kehamilan atau preeklamsia ditandai dengan beberapa gejala lainnya, yaitu:
· Sakit kepala yang dialami lebih hebat dari sakit kepala biasa · Munculnya oedema atau pembengkakan di beberapa bagian tubuh seperti telapak kaki, pergelangan kaki, tangan, wajah, dan bagian lain · Kadang disertai sesak napas · Mual dan muntah · Kalau dicek di laboratorium, terlihat adanya peningkatan kandungan protein pada urin · Gangguan fungsi hati · Pandangan kadang kabur
Sementara itu, diwartakan melalui laman Kompas.com, menurut ahli saraf Nasima Shadbehr, DO, sakit kepala terbagi dalam dua kategori: primer atau sekunder.
Sakit kepala sekunder disebabkan oleh masalah kesehatan yang mendasarinya, seperti infeksi sinus atau tekanan darah tinggi.
Sementara sakit kepala primer bersifat mandiri, rasa sakit yang dirasakan adalah akibat langsung dari sakit kepala itu sendiri.
Migrain adalah salah satunya.
Cara Mengatasi
Menurut Dr. Shadbehr, kebanyakan wanita mengalami peningkatan intensitas migrain atau sakit kepala saat kehamilan mereka berlangsung.
Tetapi, ada enam cara berikut ini yang bisa membantu mengatasi sakit kepala dalam masa kehamilan:
Baca Juga: Bau Mulut Bikin Tak Percaya Diri? Atasi dengan 2 Jenis Tanaman Herbal Berikut Ini, Gampang Banget!
1. Buat buku harian sakit kepala
Dengan melacak kapan sakit kepala muncul, akan lebih mudah untuk melihat setiap masalah yang harus diketahui dokter.
2. Ketahui pemicu sakit kepala
Buku harian sakit kepala juga dapat membantu mengenali dan menghindari pemicu potensial.
Dengan begitu, misalnya keju yang membuat sakit kepala, segeralah menghindarinya.
Pemicu umum lainnya adalah daging olahan, cokelat, MSG, dan pisang yang terlalu matang.
3. Hidrasi
Dr. Shadbehr merekomendasikan minum sekitar 8 hingga 10 gelas air setiap hari, sesuai dengan kebutuhan harian tubuh.
4. Tidur cukup
Delapan jam tidur tanpa gangguan setiap malam adalah hal yang ideal.
5. Cobalah pengobatan alami yang aman
Berbaring di ruangan gelap atau meletakkan kain dingin di atas kepala dapat meringankan sakit kepala.
"Tetapi penting untuk mendiskusikan pengobatan alami apa pun dengan dokter sebelum menerapkannya."
"Berbagai zat dalam pengobatan alami, bukan hanya dapat berpengaruh secara negatif pada kamu, tapi juga anakmu yang belum lahir secara negatif," jelas Dr. Shadbehr memperingatkan.
6. Cobalah terapi fisik
Postur tubuh yang berubah, terutama di trimester akhir kehamilan, dapat menyebabkan sakit kepala.
Memperkuat otot leher dan bahu melalui terapi fisik dapat membantu mengatasi hal ini.
Dr. Shadbehr menekankan, untuk melibatkan dokter dalam pengambilan keputusan apa pun, terutama ketika mempertimbangkan pengobatan.
"Ini harus merupakan keputusan bersama antara pasien, ahli saraf, dan ahli kandungan. Bersama-sama, dokter dan pasien menentukan pendekatan