Ia meyakini bahwa pelakunya adalah satu orang yang sama.
Kecurigaannya ditujukan pada satu sosok, Villanelle (Jodie Comer), pembunuh berdarah dingin yang bekerja untuk sindikat The Twelve.
Demam serial yang diadaptasi dari novel karya Luke Jennings berjudul Codename: Villanelle ini sampai juga di Indonesia.
Model sekaligus aktris Aurelie Moeremans jadi salah satu penggemar beratnya.
Lewat beberapa unggahan di Instagram-nya @aurelie, gadis keturunan Belgia tersebut menyebut bahwa ia tengah keranjingan nonton serial yang satu ini.
Killing Eve memang baru saja hadir bagi penggemar serial barat di Indonesia melalui platform streaming video-on-demand MolaTV.
Penasaran? Sebelum menonton Killing Eve sebaiknya berkenalan dulu dengan dua tokoh sentral di serial ini.
Eve Polastri, agen intelijen yang enggak intelijen banget
Eve Polastri yang diperankan oleh Sandra Oh digambarkan sebagai sosok intel yang cerdas, berintuisi tajam, tetapi tidak keren seperti agen intelijen di kebanyakan film spy.
Ia canggung, terkadang slapstick, mempermalukan diri sendiri, dan kerap melontarkan ungkapan bernada dark comedy.
Eve tidak memiliki keahlian super-spy seperti James Bond, tidak seksi seperti gambaran umum agen rahasia perempuan.
Alih-alih, Eve tampil layaknya perempuan pada umumnya.
Ia kerap terlihat mengenakan oversized coat dengan rambut berantakan.
Ia berteriak kencang ketika ketakutan dan manusiawi karena kerap kali juga mengalami turbulensi emosi.
Satu hal yang membuat Killing Eve menarik adalah love-hate relationship antara Eve dan Villanelle.
Mereka berdua tidak sepenuhnya saling membenci.
Malahan, dalam pengejarannya Eve mengalami perubahan perasaan terhadap Villanelle.
Ia menyadari bahwa sosok pembunuh berdarah dingin tersebut adalah refleksi dari salah satu sisi dalam dirinya.
Editor The New Yorker Jia Tolentino dalam artikelnya mengenai Killing Eve mengatakan obsesi Eve terhadap Villanelle muncul karena ia ingin menjalani kehidupan layaknya pembunuh bayaran tersebut.
“Polastri digambarkan sebagai sosok yang tidak sabaran dan tengah jenuh. Obsesinya terhadap Villanelle muncul karena ia ingin punya kehidupan seperti Villanelle, terbuka terhadap segala pilihan. Ia melihat gambaran dirinya menjalani hidup bebas di diri Villanelle,” tulis Tolentino.
Villanelle, si pembunuh bayaran yang “dingin”
Pada saat menciptakan karakter Villanelle, Luke Jennings membayangkan sosok orang yang tidak memiliki kekhawatiran, atau bahkan perasaan.
Jika butuh uang, meski harus didapat dengan melakukan hal “kotor” seperti membunuh, ia akan melakukannya.
Villanelle digambarkan Luke sebagai gadis keturunan Rusia, bernama asli Oksana Astankova, punya watak dingin, psikopat, dan cerdas.
Villanelle dapat berbicara dalam berbagai bahasa.
Oleh sebab itu, Jodie Comer, pemeran Villanelle di serialnya mesti mengikuti kursus bahasa Rusia, Italia, Jerman, dan Prancis demi mendalami karakter.
Namun, meski keji, Villanelle sebenarnya sosok yang menyenangkan.
Ia mudah disukai.
Bahkan, Eve Polastri yang jelas-jelas sedang memburu dan ingin menjebloskan Villanelle ke penjara saja kesengsem.
Satu hal yang yang membuat Villanelle extraordinary adalah selera fashion-nya.
Ia bisa saja terlihat menyelesaikan misi pembunuhan dalam balutan dress karya rumah mode Dries van Notten, mengenakan trench coat Burberry yang ikonik, sepatu boots Balenciaga, hingga perhiasan karya desainer kenamaan.
Villanelle juga andal sebagai pembunuh bayaran. Ia bisa menyelesaikan misinya tanpa meninggalkan jejak.
Nah, jika ingin terhanyut dalam cerita Killing Eve dan mengikuti pasang surut hubungan antara Eve dan Villanelle, unduh saja aplikasi Mola TV yang tersedia di Appstore dan Google Play Store.
Kamu juga bisa menonton Killing Eve dari situs web Mola TV. Bulan ini ada promo menarik dari Mola TV.
Kamu dapat memperoleh harga langganan Rp 12.500 satu bulan.
Menonton lebih nyaman tanpa iklan.
(*)