Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Pernahkan kamu medengar kejadian orang hidup kembali setelah mati?
Ataukah keluargamu sendiri yang mengalami hal tersebut?
Kejadian inilah yang sempat mengegerkan warga Desa Lumbang Kuning, Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Diwartakan melalui laman Tribun Probolinggo, adalah SMW (12), seorang siswi kelas 6 sekolah dasar (SD) hidup kembali saat jenazahnya dimandikan pihak keluarga di rumah pada Senin (17/8/2020).
Kejadian tersebut pun sontak mengheboh warga.
"Jadi hari sabtu (15/8), sekira jam 03.00 WIB, yang bersangkutan mengalami kesakitan dan kejang-kejang, sehingga oleh orang tuanya dibawa ke rumah sakit Dr Saleh Kota Probolinggo untuk mendapatkan perawatan dengan hasil pemeriksaan menderita diabetes yang cukup tinggi," kata Kapolsek Lumbang, AKP M Dugel, Selasa (18/8/2020).
Namun di tengah menjalani perawatan, SMW dinyatakan meninggal pada Senin (17/8) sekitar pukul 06.00 WIB.
Pagi itu, pihak keluarga pun langsung membawa jenazah SMW ke rumah duka.
Saat jenazah dimandikan, tiba-tiba tubuh dan detak jantung SMW bergerak.
Sontak hal itu membuat gempar kerabat, tetangga, dan warga yang sedang bertakziah.
"Saat SMW dimandikan, keluarga terkejut melihat korban membuka mata dan matanya berkedip hidup lagi, itu sekira pukul 07.00 WIB," ucapnya.
Lantaran kondisi SMW cukup lemah, pihak keluarga menghubungi petugas medis Puskesmas Lumbang.
Oleh petugas medis SMW sempat diberi oksigen karena denyut jantung lemah.
"Sempat diberi selang oksigen beberapa saat oleh petugas medis karena denyut jantung korban tidak bisa terdeteksi oleh alat medis serta tekanan darah 60," ucapnya.
Sayangnya, setelah setengah jam mendapat penanganan medis, nyawa SMW tak dapat ditolong.
"Jadi gak lama kemudian sekira jam 08.00 itu korban kembali dinyatakan meninggal," katanya.
Baca Juga: Nggak Nyangka, Ternyata Ikan Mujair Simpan 5 Bahaya Ini Buat Tubuh, Nomor 4 Geli Banget!
Setelah kembali dinyatakan meninggal, jenazah SMW pun kembali dirawat dan dimakamkan di Pemakaman Umum Desa Lambangkuning, Probolinggo.
Penjelasan Medis
Ketua Tim Dokter Otopsi, dr. Ida Bagus Gede Surya Putra Pidada menjelaskan hal tersebut.
"Jadi, saya melihatnya, kalau jenazah masih bisa berkedip, ini berarti sel-sel masih ada yang berfungsi," ujar Surya seperti dilansir Grid.ID dari Kompas.com.
Menurut Putra, berdasarkan ilmu tanatologi (ilmu yang mempelajari tentang kematian), ada dua penggolongan tanda-tanda kematian yakni primer dan sekunder.
Ia menjelaskan, tanda-tanda kematian primer yakni berhentinya napas, sistem sirkulasi jantung, dan sistem saraf.
Sedangkan, tanda-tanda kematian sekunder yakni muncul lebam pada mayat, ada perubahan suhu menjadi lebih rendah, dan mulai proses pembusukan.
Selain itu, ada kondisi di mana mayat mengalami tanda-tanda kematian primer dan berhenti secara permanen, yang dinamakan mati somatis.
Menilik kasus yang terjadi pada jenazah SMW, Putra mengatakan bahwa hal ini serupa dengan kondisi mati seluler.
"Mati seluler adalah kondisi jenazah sudah mati somatis, tapi sel-selnya masih berfungsi. Jadi, ini bisa menjadi dasar kenapa sudah dikatakann mati somatis, tapi masih bisa ada otot-otot yang bergerak karena sel-selnya masih ada yang hidup," ujar Putra.
"Ini sering disebut sebagai reaksi supravital. kejadian ini bisa sampai 2 jam dari mati somatis," lanjut dia.
Di sisi lain, Putra mengatakan bahwa saat ini tanda-tanda seseorang telah meninggal telah dapat diketahui berdasarkan alat-alat yang ada di rumah sakit.
"Seiring kemajuan teknologi, kalau di rumah sakit ini dengan adanya alat rekam jantung, jadi secara kematian klinis kelihatan nanti tanda kematian primernya berhenti," ujar Putra.
Ia menambahkan, sejumlah alat rumah sakit yang dapat memberi tahu tanda kematian seseorang yakni elektrokardiogram (EKG) dan elektroensefalogram (EEG).
Diketahui, EKG atau alat rekam jantung berfungsi untuk mendeteksi kelainan dengan mengukur aktivitas listrik yang dihasilkan oleh jantung.
Sementara, EEG merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur aktivitas kelistrikan dari otak untuk mendeteksi adanya kelainan dari otak.
"Jika pada EKG gambarnya sudah datar, itu seseorang dinyatakan meninggal," ujar Putra.
Apabila pasien sedang dirawat di ruang ICU, tanda kematian ditentukan dengan menentukan mati batang otak.
Petugas medis pun harus mendapatkan waktu yang tepat untuk melepaskan alat bantu yang terpasang pada pasien.
(*)